Oleh: Khoirul Taqwim
Malam pukul sembilan tepat
Bulan tak datang jua hari
Bintang sesekali tengok bumi yang lagi merindu
Dingin rasa menggigil
Tak lari semut menggelitik badan
Ganggu buta benar semut dalam diri
Kamar kecil segi empat kotak kecil mungil
Buku luak tak tertata disamping bayangku
Berdiri sahabat jokor yang lagi minum kopi hangat
Kepala geleng-geleng sakeng enaknya
Bikin dia lupa bahwa hari ini dia berduka lara
Ya!....yu sriah pacar jokor kemarin lusa nikah
Kopi benar bikin lupa sejenak masalah
Soal kesehatan
Ah……..itu urusan Tuhan
Teringat kyai musholla khutbah waktu jum’at kemarin
Kata dokter hando laen
Kopi bikin orang sakit
Bikin penyakit
Bikin stress
Ah terserah mana yang benar
Nilai sendiri dalam diri
Yang penting hari aku lagi merindu si dia
Jangan salah sangka merindu si dia apa??..
Maksudku dalam hati merindu
Merindu kambingku besok yang harus dikasih makan
Saat terbit mentari diujung timur
Merindu ayamku yang sakit gara-gara kedinginan
Kuharus cari obat
Walau lari diujung kulon
Tapi aku tak mau lari diujung selatan
Rasa takutku kalahkan mauku
Aku masih punya hutang pok Rah diujung selatan
Takut mata jelalatan pok Rah
Ringan mulut pok Rah
Walau kadang hati besar kan datang
Saat pok Rah ada mau dalam rasa
Nitip salam pak Raden kepala desa
Kebetulan pak Raden lagi duda
Kebetulan pula pok Rah lagi janda
Kebetulan suka dalam sama
Moga saja tak seperti matahari dan bulan yang tak pernah ketemu dalam ujung
Teringat kata parmen seminggu kemarin
Kata parmen pok Rah janda kembang nomer wahid didesaku
Umur baru tiga puluh Satu tahun
Anak baru Satu
Umur dua tahun
Anak wanitanya kecil seputih ibunya
Kasihan umur sekecil itu harus jadi yatim
Kasihan umur sekecil itu harus menantang zaman
Dalam hati kecilku terketuk rasa kasihan
Teringat juga waktu parmen bilang sama jokor
Mau Kor kamu nikah sama pok Rah
Ngawor kamu Men
Teriak Jokor sambil tertawa
Langsung parmen jawab dengan lembut
Canda dalam tawa Kor jangan diambil hati
Hahaha…..tawa kami bertiga jadi satu nada melodi
Bukan masalah mau apa tidak
Kata Jokor sambil kakinya diangkat kekiri
Tetapi dia sudah ada dalam hati rasa
Mau kemana jika hati sudah tak lari
Pok Rah kan tau sendiri lagi demen ama pak lurah
Duda ketemu janda jadi satu dalam hati
Aduhai rasa puber jilid dua telah tiba
Mau kemana rasa
Mau kemana jiwa
Tunggu apa dalam dada
Kawin saja enaknya
Hahaaaa….senyum kulum kami bertiga
Tinggal sembelih ayam
Sembelih kambing
Sembelih sapi kalau tak sayang kantong
Jangan lupaundamg seluruh kampung
Cit cuuuuuuiiiiit!!...............
Teriakku dalam hati
Tak terasa aku mulai merindu kembali segudang memory
Paling merindu dalam daku
Merindu kerbauku yang lagi masuk angin
Gara-gara ambruk kandang waktu hujan datang
Merindu, merindu dan merindu benar malam ini
Di sudut kamar
Kutengok dalam curiga rasa
Ada apa dengan jokor
Tanya dalam hati kecilku
Eeeeeeeeeh!!.. aku terperanjat
Rasa heran tersimpan dibalik jeruji rasa ingin tauku
Terlihat jelas dikelopak mataku
Jokor geleng kepala lagi saat sedu kopi dengan lahap
Kulihat dengan lirikan sejenak
Ternyata lagi-lagi aku terbawa gelengan kepala jokor
Gerak kepala jokor membuka memory seminggu silam
Ingatkan aku waktu baca do’a tetangga yang meningal tepat tujuh harinya
Masyarakat bilang tahlil namanya
Orang bilang itu budaya NU
Ada yang bilang lagi itu syari’at NU
Bilang, bilang dan bilang tentang tahlil
Itu tak ada di agama
Itu melanggar agama
Itu tak ada di Al-qur’an
Bahkan haditspun tak ada yang menyebutkan tahlil
Kata sahabatku Fanny yang kemarin baru pulang dari Universitas mesir Al-Azhar
Maklum dia lupa desa yang melahirkan
Lupa pematang sawah
Lupa layang-layang yang terbang saat panen padi tiba
Lupa adu jangkrik
Lupa adu jago
Dan dia lupa adu merpati
Saat sore kan tiba
Pola pikir semua dikaitkan dengan study waktu di Mesir
Tangan digerakkan saat bicara
Mata melirik saat ngomong ada dalam otaknya
Teks kebenaran mutlak
Kata Fany si badan kurus
Dia lupa ada konteks dalam hidup
Campus Al-Azhar mesir jadi hidupnya
Jadi tumpuan ilmunya
Jadi kebenarannya
Jadi kemutlakan
Jadi, jadi dan jadi bagian dari hidupnya
Dia lupa ada campus kehidupan desa yang masih dalam fitrahnya
Dia lupa kakek nenek yang butuh do’a-do’a
Dia lupa tuhan berkehendak apapun bisa
Dia lupa, dia lupa dan dia lupa si Fany badan kurus
Teringat dalam sepi
Sendu gemulai selimuti hati rasa
Pikiran melayang sejenak
Otak dibuat rasa dalam sedu
Hati gelisah saat ingat si Fany sahabat kecilku
Tentang Fany memory terbawa malam
Fany sahabatku yang cerdas masalah Teks
Hafal banyak hadits selebar jagat
Bahkan hafal Al-Qur’an setebal bis mini
Tapi sayang pikirku
Pikirku dia lupa budaya asli
Pikirku dia lupa kampung
Pikirku dia lupa tepo seliro yang diajarkan neneknya
Pikirku dia lupa kambing yang lagi makan rumput hijau
Pikirku dia kebanyakan makan roti lupa jagung bakar
Pikirku, pikirku dan pikirku tentang Fany………
Tak kuteruskan bahasa pikirku
Terserah otak mau ngomong apa
Tentang aku, tentang dia dan tentang semua
Dia punya hak dalam naluri
Dia punya pendapat dalam otak
Apalagi sekelas tamatan Al-Azhar mesir di Afrika utara
Dia yang patut ngomong agama
Tapi dia tak berhak menghakimi penduduk kampung nan lugu dalam tindak-tanduk
Pikirku tentang pendapat Fany si badan kurus
Apalagi jadikan penduduk kampungku jadi tersangka agama
Lagi-lagi pikirku dalam hati
Si Fany badan kurus punya hak lebih
Gelar mister dipundaknya
Maaf Fany bukan aku menolak
Tapi Cuma tak sependapat
Teriakku dalam jiwa yang keruh
Tapi Fany kamu punya hak berekspresi
Berkarya dalam tulis
Bahkan dalam aksi
Bukan aku yang punya hak, bukan aku yang punya hak dan bukan aku yang punya hak…………..
Terulang bahasa kegelisahan
Ma’af Fany lagi-lagi cerewet dalam jiwaku kambuh
Bicara lirik-lirikku mulai lagi
Aku sebatas hafal minum kopi
Bukan hafal hadits seluas jagat
Apalagi Al-Qur’an setebal bis mini
Tapi aku hanya ingat apa yang diajarkan kampungku
Bukan digedung kampus UIN Yogyakarta
Bukan dicampus UGM terkemuka
Bukan di UI depok dekat BSI
Apalagi universitas sekelas Al-Azhar mesir
Soal agama aku tidak sepintar Fany
Nilaiku jeblok semua
Tak ada yang harus dibanggakan
Apalagi tindakanku jauh dari moril agama
Tidak kayah Fany hidup selalu dimasjid
Selalu Qur’an ditangannya
Walau sesekali aku melihat Fany lagi deketi cewek berkerudung putih
Maklum dia ayu rupawan
Anak pak haji Roib
Orang terkaya dikampungku
Orang bilang Azizah namanya
Walau hati tergoda sesaat
Ah aku ini siapa??...
Tanyaku dalam diri
Tak pantas diri mimpi tentangnya
Apalagi berharap
Tentu Fany akan berkata haram hukumnya
Sebelum terhukum diri
Bahasa menjauh itu lebih nyaman dibanding aku mendekat
Ah!..soal Azizah itu urusan Fany
Nanti dikira kalau bilang soal ini
Orang nyangka aku iri hati
Sory bos aku masih punya nurani
Pikirku kecut tentang Azizah
Hahahaa……….tertawa dalam hati diri
Malam semakin jemput pagi
Mentari masih malu tersenyum
Adzan shubuh tak tiba datang
Pikirku lagi-lagi soal Fany si badan kurus
Soal agama Tanya Fany
Dia dari mesir
Tafsir Hadits dia hafal selangit
Jangan Tanya soal tafsir sama aku
Tajwid saja aku tak pecus
Lagi lagi sahabatku Fanny yang kemarin baru lulus dari Al-Azhar teringat dalam bahasa
Ayo kita luruskan masyarakat kampung
Kita gerakkan dia sesuai dengan teks agama
Ajaknya padaku
Pikirku dia lupa ada konteks dalam hidup
Lagi-lagi yang ada di otakku
Apalagi dikampungku yang telah lama dibangun fondasi kehidupan
Tapi itu hanya dalam hatiku yang lagi terkunci bisu
Aku tak berani jawab
Bukan karena takut
Tapi yang benar aku pengecut kata kyai kampungku
Mentari mulai tak malu putri
Sambut hangat jagat raya
Sinarkan terang dalam pagi buta
Sesekali menyengat kulit yang lagi lara
Pagi buta tak nyana tak kira
Aku ketemu kyai mushola dikampung
Kyai lagi duduk diteras rumah
Kuhampiri sejenak dalam langkah
Kucium tangannya
Apa tau disitu letak berkah
Kata si Naksir yang kemarin pulang dari mondok
Kududuk dekat pak yai
Merekat, mendekat dan menatap
Tapi tak mendekap
Aku cerita si Fany yang baru lulus dari mesir kemarin
Pak yai dengar ceritaku tanpa kata
Dia simak dengan mata setajam seekor burung hantu
Siap memangsa saat lapar kan tiba
Jiwaku berdenyut keras
Takut kepalang pintu hatiku
Lihat tingkah mata pak yai mushola
Ganti alih bahasa dia dengan tangan menggenggam
Seketika aku di bawa imagi tikus ketemu kucing
Gemetar dada ini
Hati ini mau copot terasa
Kulihat dari mata kecilku
Seketika wajah pak yai memerah
Pak yai berdiri sejenak ambil susu hangat
Kiraku kayah gitu
Pikirku seperti itu
Soalnya hari kemarin pak yai ngasih susu sapi sama aku
Tapi persepsi yang kubangun salah
Ternyata pak kyai lagi bawa kitab kuning
Apa mau khutbah pak yai??..
Tanya dalam hati dunguku
Ini bukan hari jum’at
Jawab otakku
Ini hari minggu pagi
Lihat kalenderku
Jawab memory yang terpajang didinding otak
Pak yai tanpa basa-basi sejenak menghela nafas
Dia langsung bicara lantang suara
Ingatkan aku waktu dikodam brawijaya kemarin siang
Tegas lugas komandan siapkan barisan
Untung saja pak yai tak bawa senapan cuma bawa kitab kuning
Dia baca bahwa mendo’akan orang meninggal itu dianjurkan
Bahkan wajib sesama muslim mendo’akan
Panjang lebar yai khutbah pagi khusus tuk aku
Lagi-lagi aku tak paham apa yang dikata kyai mushola
Tau sendiri aku tak pernah makan bangku sekolah
Jangankan jadi mahasiswa kayah si desi yang cantik permai
Bangku SD kelas 1 aku sudah di DO
Bukan karena aku tak semangat
Tapi cuma aku anak buruh petani kecil
Makan saja susah kepalang
Apalagi mikir makan bangku sekolah
Hari semakin panas
Sesekali terlihat burung camar lagi bernyanyi di TV
Kusedu sedan dalam tawa
Resah gelisah jadi satu
Ma’af pak yai saya mau ngasih kabar tentang aku
Pak yai aku hanya tau kambing selagi makan rumput
Tentang ayam lagi berebut makan
Kerbau yang lagi mandi disungai keruh
Sapi yang lagi bantu pak tani disawah
Kucing yang lagi bunting
Jadi jangan khutbah pagi buta padaku
Percuma pak yai
Bahasa terkunci dalam bibirku
Apalagi kamu tanya’ tentang agama
Jadi jangan kamu tanya’ diluar nalarku
Cukup kamu Tanya kabar Ratih
Kabar Clurut
Kabar Cikrak
Kabar si anu si itu
Mungkin aku bisa jawab
Walau belum terpuaskan
Soalnya aku bukan alat pemuas
Usulku pak yai, usulku pak yai dan usulku pak yai dalam hati keruh
jangan kamu gurui aku
Percuma kyai!...
Aku tak paham apa yang kau kata
Kalau pengen ngomong agama
Pak yai ngomong sama si Fany yang baru lulus Al-Azhar mesir
Sama Rano yang baru tamat UIN Yogya fakultas dakwah kemarin
Eeeeeeeeeeeh!....ternyata
Bahasaku tadi
Hanya hati kecilku bicara
Bukan nyata
Tapi mulutku tetap terkunci rapat tepat pada tempat
Lagi-lagi aku bisu membuta
Kayah kambingku
Kerbauku
Ayamku
Tapi jangan bilang kayah bebek
Bukan aku tak mau disebut itu
Cuma aku tak punya bebek hari ini
Sebulan kemarin sudah terjual
Soalnya sandal jepitku lagi putus
Jadi aku butuh sandal jepit baru
Terik matahari mulai meninggi
Cahaya sinar menyentuh kulit hitam tipis
Kambing mulai berteduh disudut-sudut pohon
Tampak dari jauh pak tani mulai lepas lelah
Aku berjalan disetapak jalan
Nan riang
Nan damai dalam jiwa
Lihat sawah hijau nan indah rupawan alam
Tak sengaja aku ketemu kancil diwarung kopi kecil mungil
Ukuran kurang lebih empat kali empat meter
Kancil sapa aku penuh sahabat
Dia kata padaku
Mau apa dan ada apa??.
Tanya padaku
Kubilang aku lagi pengen rokok Surya
Gampang soal rokok
Kata kancil menggigil
Tapi ada syarat
Berkata lagi kancil sambil menjilat
Tolong aku dibantu
Gaet anak pak budi
Sudah tak usah dipikir panjang cil 100 persen kamu ditolak
Jawabku sedehana
Tau sendiri pak budi itu siapa
Dia wakil bupati
Apa mungkin anaknya dikasih kamu saat kau lamar
Tapi aku tetap dibelakangmu
Asal ada rokok surya
Hahaha….senyum candaku
Kan dukung selalu jika kamu ingin jadi mantu pak budi
Tapi tolong kambingmu itu diganti mobil BMW
Jika ingin punya mertua wakil bupati
Baju lusuhmu itu diganti merk dari Australia
Bila ingin pak budi senang
Tau sendiri pak budi suka merk luar negeri
Kulihat kayah gitu cil
Kataku sama kancil julukan dari bowo
Memang cil kadang pak budi saat dipetani dia orasi sekencang mabuk angin darat
Bikin maju produk desa
Jangan lupa pakai produk desa
Itu kampanye pak budi kemarin
Waktu jadi kandidat calon wakil bupati
Cari massa itu bagian politik
Waah aku terlalu jauh ngomong politik
Tak pantas SD tak tamat ngomong politik praktis
Aku cukup ngomong kambingku saja cil
Pikirku dalam hati
Lagi-lagi hatiku yang komat-kamit
Bukan mulutku yang terucap
Lima belas menit tak terasa
Ngobrol tentang si Budi wakil bupati
Untung obrolanku belum sampai kecady
Nanti ujung-ujungnya pejabat negeri
Jadi obrolan panas terik mentari
Kaget hati ketiban suara
Kancil teriak!..teriak!..secepat kereta
Boh nah penjual warung
Seketika Hati boh nah terasa copot kayah ban waktu lepas dari sepeda ontel
Tolong boh nah apa mau sahabat saya
Jerit kancil dengan seru gurau
Kasih jangan pake’ acara lama
Waah bahasanya kayah anak baru gede
Apalagi acara tidur kayah disenayan
Waah!..kritik lagi keluar
Langsung tanpa curiga
Mulutku komat-kamit menghitung apa yang kumau
Diwarung kecil sederhana aku kayah Raja
Tolong boh nah aku butuh kopi hangat
Sebutku sama boh nah
Ambilkan juga korek buat nyalakan rokok suryaku
Siang ini sejenak aku punya pelayan
Sombongku kambuh lagi
Walau uang kantong tak ada
Paling tidak nikmati hidup jadi raja
Hayalku dalam mimpi waktu tidur sambil ngiler
Mendung terang semakin minyingsing
Gelap mulai mendekat dihari
Angin sawah tak henti menari
Padi hijau sambut sore kan tiba
Kodok-kodok pematang sawah mulai gerak
Siapkan pentas semalam suntub ditepi sungai
Dicelah hatiku yang penuh rasa ingin tahu
Lagi-lagi hati terusik memory
Rasa yang tak penah hilang dalam pikir
Kambuh terjadi dalam otak
Penyakit ingat jadi lagi
Kopi kusedu
Rokok dimulut
Terasa surga diwarung boh nah
Ini yang kucari rasa dalam pikir
Disudut mata rancuku
Memory terbuka lebar
Selebar daun kelor pagi berembun
Teringat Fany
Teringat pak yai mushola
Bukan diskusi-diskusi yang kucari
Bukan teks yang kumakan
Bukan marah-marah pak yai tiap aku cerita Fany
Emang kancil ngerti mauku
Pikirku sejenak lepas lelah
Kancil memang paham apa yang ada dalam otakku
Kayah kambing, kerbau dia tau apa kusuka
Sori cil bukan aku menyamakan kamu dengan binatang
Tapi aku coba bicara dikit bahasa idiom
Walah!..kayah anak kuliah omongku
Seketika aku sadar
SD aku droop out
Mau ngomong yang tidak-tidak
Kalau denger sifanny mau ditaruh mana mukaku
Matahari mulai terbenam
Tak henti air mengalir disungai bengawan
Pohon-pohon nan rindang berkicau lewat angin udara
Burung-burung sejenak lepas lelah
Udara semakin hilang panas
Cahaya mulai menipis
Sore datang jemput gelapnya malam
Hari tak terasa sudah tiga jam diwarung boh nah
Ngomong ngalor ngidul sesekali ngomong selatan
Terasa waktu sependek centi dalam biji
Aku teringat kembali kata kakekku yang suka naik kerbau
Dia bilang dalam mimpiku
Orang pandai tak hanya dibangku kuliah
Di mushola-mushola agama
Ternyata ada diwarung kecil milik boh nah
Kesimpulanku sementara
Jadi jangan kamu bilang ngawor dulu
Sory pak yai si fany bukan aku ngeyel
Ini Cuma bahasa hati bukan mulutku yang bicara
Terucap dalam bibir kecutku
Hati terasa berbunga laut
Bengawan indah dalam cerita
Menakutkan saat banjir kan datang
Terima kasih boh nah
Terucap dari mulut kecilku
Tak sadar aku bicara diwarung kecil mungil milik boh nah
Kenapa mulutku tak terkunci diwarung boh nah
Kenapa bibirku bicara saat minum wedang boh nah
Apa diwarung boh nah ada demokrasi
Apa disini ruang demokrasi??..
Tanya dalam jiwaku
Apa tak milik senayan ruang demokrasi??..
Pikirku sejenak dalam hati
Apa mungkin pikirku terlalu jenius??..
Hingga berpikir dari warung boh nah hingga senayan
Atau pikirku goblok??..
Menghubungkan senayan dengan warung boh nah
Kegelisahan mulai muncul
Mirip munculnya matahari saat terbit
Ternyata pertanyaan tadi salah sumua
Tak ada hubungan senayan sama warung boh nah
Pendapatku muncul lagi
Walau masih 50 prosen
Yang 50 prosen aku berpikir
Bahwa rakyat dan DPR ada hubungan
Kata undang-undang yang kudengar
Gedung tinggi senayan itu uang pajak rakyat
Mobil mewah senayan itu milik rakyat pikirku yang lagi lupa darat
Maklum aku terena kandungan kopi boh nah
Sampai lupa kalau SD aku tak tamat
Jadi sori sekali lagi
Pak menteri
Pak DPR
Bila pikirku salah ngomong
Bila tulisku salah tulis
Harap dimaklumi SD tak tamat
Hahaha……tawaku tak ada yang dengar
Kecuali kambingku yang dengar
Dia sahabat sekaligus tumpuan nyawa saat perut keroncong
Bukan dimakan dalam perut
Tapi dijual tuk kebutuhan esok lusa
Menghujam peluru pikiran
Tersadar kopi buat semua
Cafein bikin hati melayang
Semoga saja nyawa tak ikut melayang
Pikirku tentang kopi boh nah
Ternyata sederhana pikirku warung boh nah memang pool enaknya
Buat diskusi sama kancil
Sama pakde kar
Dan tak ketinggalan selalu aktif lek parko
Yang selalu diskusi tentang kerbaunya
Susah dimandiin waktu sore kan tiba
Aku tanya hati diri tentang efek kopi boh nah
Apa mungkin gara-gara kopi ada cafein
bikin aku terbang melayang
bikin aku lepas kunci-kunci mulutku
Wedang hangatmu bikin aku jadi apa aja yang kuingin
Tapi satu boh nah yang belum bikin aku jadi apa??..
Aku berpikir sejenak
Terlintas siti nurbaya dikelopak mataku
Oh! Ya aku teriak kopimu belum bisa bikin aku punya bini boh nah
Wakakakaaaaaaaaaaaak……….tertawa semua diwarung kopi milik boh nah
Hari mulai gelap
Kilat mulai sambut sore ini
Bentangan sawah disekeliling warung boh nah mulai hilang terang
Kuharus angkat kaki
Cil tolong bayari dulu
Kataku sama kancil
Kancil kaget seketika disamabar gledek
Wajah kancil gelap seketika
Padahal matahari belum hilang diufuk barat
Aku lagi krisis global
Jawab sederhana kancil
Wah-wah kayak Negara amerika saja cil kamu itu
Bahasa kamu pakek krisis segala cil
Kayah bahasa rano yang kemarin baru lulus dari UIN yogya
Sori cil bukan hina
Tapi hati lagi munek
Untung saja hatiku tak mencret
Eh! Sory salah bahasa
Namanya mencretkan bukan hati
Tapi pantat teriak ratih yang lagi jalan bawa jagung goreng
Ikut-ikutan saja ratih yang baru umur 7 tahun
Hatiku menimpali bahasa ratih
Kuharus ngomong apa sama boh nah hari ini
Padahal seminggu kemarin hutangku belum kubayar sama boh nah
Kuambil ekspresi diluar pentas sandiwara
Berdiri sambil geleng kepala
Kubilang boh nah
Hitung berapa hutangku semua
Total ada tiga puluh ribu sama yang dulu belum kamu bayar
Boh nah dengan muka kecut memandangku
Kubilang jangan khawatir boh nah nanti tak bayar semua hutang-hutangku
Asal boh nah do’akan aku jadi bintang film
Huahahaa….tawa boh nah rubah wajah kecut
Bahasaku pecahkan suasana suntub semua yang ada diwarung
Kamu cocok jadi ipin upin
Boh nah menyeringaiku
Kuangkat kakiku terasa berat tinggalkan warung boh nah sore ini
Seminggu sudah aku tak bayar warung boh nah
Gumam hatiku menggerutu
Kulangkahkan kakiku tinggalkan cerita hutangku
Biar tuhan yang ngatur
Bisikku dalam jiwa
Seketika ingat tuhan aku ingat bahasa kyai Musholla
Sehari-hari rutinitas ngomong tuhan
Teringat ucap Fany
Mana mungkin tuhan kan rubah nasib suatu kaum
Jika kaumnya tak berusaha merubah
Teringat Fany lagi saat ngobral bahasa waktu ketemu di dekat pohan pisang
Teringat, teringat dan teringat dalam memoryku
Semua serba teringat
Mungkin aku sudah ditakdir jadi taklid buta
Bukan sekelas creator
Mungkin aku dicipta sebagai pengingat memory
Bukan pencipta dalam dongeng
Tapi semua kusyukuri
Walau kadang hatiku menggerutu
Dimana letak keadilan
Damana letak kebenaran tekstual
Dimana letak kebenaran konstektual
Dimana, dimana dan dimana
Tanya hati kecilku
Tanya hati yang beku
Tanya hati yang terkunci
Tanya hati yang hati-hati dalam mengambil sikap tentang kampungku
Tentang binatang ternakku
Tentang semua yang kudengar
Tentang semua yang kulihat
Cukup dikampung aku belajar
Cukup kerbau yang dengar keluh kesahku
Bukan aku tak mau diujung rusia
Bukan aku tak mau diujung amerika
Tapi aku sadar siapa aku
Aku hanya sepotong kehidupan
Aku hanya sepotong cerita
Aku hanya sepotong kecil semua yang ada
Bahasa lirihku bercerita tentang diri yang jauh dari kesempurnaan hidup
No comments:
Post a Comment