Suasana gelap gulita dipegunungan dengan terdengar suara yang tak biasa, hatiku mulai kaku membisu, merontapun tak tahan didekap kabut malam yang begitu kuat menusuk pori-pori, hingga buat aku terjatuh dan bangun lagi di tengah pepohonan yang begitu banyak merintangi perjalananku menuju tempat tinggalku.
Saat lewat pemakaman hati mulai merasakan suasana yang gelisah, bau bangkai kuat sekali menembus rongga hidungku, malam ini benar seratus derajat buat aku tak tahan melihat kejadian yang kurasakan saat ini.
Berbekal seonggok keberanian kutetap berjalan menembus gelap gulita yang semakin kuat melekat, bahkan senterkupun saat kuarahkan ketempat yang gelap tak kuat juga cahaya menembusnya. tetapi aku harus cepat pulang karena ibuku akan merasa khawatir, apabila sampai larut malam aku belum datang juga.
Sejak dari kota tadi perjalanan malam ini begitu sepi, terasa hidup di pulau mati yang kurasa, terlihat dari agak jauh ada sosok hitam tinggi berdiri, semakin dekat dengan sosok itu, kuarahkan senterku kesosok tinggi tadi, betapa kaget hatiku ada manusia tinggi berkepala kuda, seketika aku langsung pingsan di kala itu.
Setelah siuman dari pingsan aku sudah ada disebuah rumah kecil, lalu didepan mataku ada seorang kakek berdiri tegak, dia dengan santun berkata lemah lembut menanyakan tentang asalku dan banyak sekali pertanyaan yang meluncur dari bibirnya, namun aku hanya mengajukan satu pertanyaan, apa benar di jalan tadi ada manusia berkepala kuda? Kakek itu menjawab dengan senyum kecil, dan dia bercerita bahwa manusia yang berkepala kuda tadi adalah dirinya yang baru saja pulang dari pentas badut. sehingga waktu itu dia memakai topeng kuda dimalam gelap, untuk melindungi kepala dari gerimis kecil dan menghangatkan kepala dari serangan dingin yang berkabut, pengakuan sikakek itu benar atau sebatas menghibur diriku agar tidak trauma, semua rahasia itu hanya kakek sendiri yang tahu.
Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)...........
Saat lewat pemakaman hati mulai merasakan suasana yang gelisah, bau bangkai kuat sekali menembus rongga hidungku, malam ini benar seratus derajat buat aku tak tahan melihat kejadian yang kurasakan saat ini.
Berbekal seonggok keberanian kutetap berjalan menembus gelap gulita yang semakin kuat melekat, bahkan senterkupun saat kuarahkan ketempat yang gelap tak kuat juga cahaya menembusnya. tetapi aku harus cepat pulang karena ibuku akan merasa khawatir, apabila sampai larut malam aku belum datang juga.
Sejak dari kota tadi perjalanan malam ini begitu sepi, terasa hidup di pulau mati yang kurasa, terlihat dari agak jauh ada sosok hitam tinggi berdiri, semakin dekat dengan sosok itu, kuarahkan senterku kesosok tinggi tadi, betapa kaget hatiku ada manusia tinggi berkepala kuda, seketika aku langsung pingsan di kala itu.
Setelah siuman dari pingsan aku sudah ada disebuah rumah kecil, lalu didepan mataku ada seorang kakek berdiri tegak, dia dengan santun berkata lemah lembut menanyakan tentang asalku dan banyak sekali pertanyaan yang meluncur dari bibirnya, namun aku hanya mengajukan satu pertanyaan, apa benar di jalan tadi ada manusia berkepala kuda? Kakek itu menjawab dengan senyum kecil, dan dia bercerita bahwa manusia yang berkepala kuda tadi adalah dirinya yang baru saja pulang dari pentas badut. sehingga waktu itu dia memakai topeng kuda dimalam gelap, untuk melindungi kepala dari gerimis kecil dan menghangatkan kepala dari serangan dingin yang berkabut, pengakuan sikakek itu benar atau sebatas menghibur diriku agar tidak trauma, semua rahasia itu hanya kakek sendiri yang tahu.
Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)...........
No comments:
Post a Comment