ane pernah ketemu orang kalau ada orang yang percaya ama gaib di bilang syirik bahkan musyrik, sebenarnya ane terima sih pendapat dari sebagian orang yang punya pikiran kayah gitu, bukannya ane gak mau di kafirin ama tuh orang, cuman kalau ada perbedaan apakah harus saling mengkafirkan? nah! di sinilah yang perlu kita kaji tentang masalah agama, karena agama adalah pembawa rahmat, bukan untuk mengkafirkan satu sama lain ketika terjadi perbedaan, sehingga tidak ada yang merasa paling benar di antara yang lain.
Maksud dari tulisan di atas, bahwa kita perlu mengkaji lagi tentang sebuah perbedaan pemahaman, sehingga menemukan perbedaan yang indah bukan malah menyudutkan satu sama lain, disinilah kita perlu mengkaji tentang perbedaan pemahaman, agar terjadi pemikiran yang indah dan mampu di cerna dengan jiwa maupun akal.
Sebenarnya manusia tercipta dari dua hal, yaitu jiwa dan akal, kalau akal punya nilai rasionalitas yang kuat, sehingga apabila ada permasalahan akal di jadikan alat untuk menciptakan sebuah inovasi dan kreasi dalam menggapai permasalahan secara tuntas, tetapi bersandarkan secara rasional, logika dan ilmiah, sedangkan pemahaman jiwa ini sudah memasuki alam gaib yaitu percaya yang berdasarkan perasaan dan jauh dari ilmu rasionalitas, inilah ilmu yang masih tahap fitrah atau bisa di katakan awal ilmu pengetahuan, karena ilmu ini sudah di miliki manusia sejak dia lahir.
Nah! di sini kita perlu mengkaji penempatan wahyu, akal dan jiwa, kalau akal dan jiwa ini sejalan dengan wahyu berarti tidak ada permasalahan, tetapi apabila tidak sejalan atau mungkin terjadi pemahaman yang berbeda, mungkin inilah yang dikatakan perbedaan itu rahmat.
Sebenarnya kalau Allah menciptakan manusia dengan wajah yang sama, itu sangat mudah dan gampang bagi Allah, namun Allah menciptakan manusia dalam bentuk perbedaan yang beragam, bahkan Allah meciptakan alam yang meliputi matahari, bulan, bintang dan lain sebagainya juga mengalami perberbedaan dalam wajah benda tersebut.
Semoga saja kita di jauhkan dari sikap kafir mengkafirkan, karena kita manusia yang berusaha saling menghargai suatu perbedaan dengan indah dan hanya Allah yang berhak menghakimi ciptaannya, Amiens...
Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com).............
Maksud dari tulisan di atas, bahwa kita perlu mengkaji lagi tentang sebuah perbedaan pemahaman, sehingga menemukan perbedaan yang indah bukan malah menyudutkan satu sama lain, disinilah kita perlu mengkaji tentang perbedaan pemahaman, agar terjadi pemikiran yang indah dan mampu di cerna dengan jiwa maupun akal.
Sebenarnya manusia tercipta dari dua hal, yaitu jiwa dan akal, kalau akal punya nilai rasionalitas yang kuat, sehingga apabila ada permasalahan akal di jadikan alat untuk menciptakan sebuah inovasi dan kreasi dalam menggapai permasalahan secara tuntas, tetapi bersandarkan secara rasional, logika dan ilmiah, sedangkan pemahaman jiwa ini sudah memasuki alam gaib yaitu percaya yang berdasarkan perasaan dan jauh dari ilmu rasionalitas, inilah ilmu yang masih tahap fitrah atau bisa di katakan awal ilmu pengetahuan, karena ilmu ini sudah di miliki manusia sejak dia lahir.
Nah! di sini kita perlu mengkaji penempatan wahyu, akal dan jiwa, kalau akal dan jiwa ini sejalan dengan wahyu berarti tidak ada permasalahan, tetapi apabila tidak sejalan atau mungkin terjadi pemahaman yang berbeda, mungkin inilah yang dikatakan perbedaan itu rahmat.
Sebenarnya kalau Allah menciptakan manusia dengan wajah yang sama, itu sangat mudah dan gampang bagi Allah, namun Allah menciptakan manusia dalam bentuk perbedaan yang beragam, bahkan Allah meciptakan alam yang meliputi matahari, bulan, bintang dan lain sebagainya juga mengalami perberbedaan dalam wajah benda tersebut.
Semoga saja kita di jauhkan dari sikap kafir mengkafirkan, karena kita manusia yang berusaha saling menghargai suatu perbedaan dengan indah dan hanya Allah yang berhak menghakimi ciptaannya, Amiens...
Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com).............
No comments:
Post a Comment