Sunday, 31 January 2010

JARINGAN ISLAM TRADISIONAL MELAWAN JARINGAN ISLAM LIBERAL


Oleh: Khoirul Taqwim

 

JIT melawan JIL mengingatkan kita pada zaman penjajahan belanda, antara masyarakat pribumi melawan ketidak adilan yang dibawa masyarakat barat (VOC Belanda), pada saat itu masyarakat barat dengan atas nama perdagangan telah menipu masyarakat tradisional, yang seolah-olah sebagai sahabat dalam jual beli, tetapi kenyataannya mereka mengeruk kekayaan alam yang ada di negeri ini, kaitan JIL dengan bangsa barat sangat melekat dengan konsep liberalnya yang berasal dari bangsa barat dan sekutunya, jadi tidak heran apabila JIL sebagai wajah penerus lidah masyarakat barat ditentang keras oleh JIT yang menggali dari masyarakat pribumi sendiri.

 

Sejarah membuktikan, penjajahan Belanda datang ke Indonesia dengan tujuan mengeksploitasi kekayaan alam. Sebelum mereka masuk kewilayah imperialisme, mereka berdagang yang seolah-olah dewa penyelamat, padahal itu hanya tipu daya yang menyesatkan masyarakat pribumi, tak ketinggalan belanda bersama para orientalis belanda berusaha memperkecil arti dan peran tradisi yang berseberangan dalam sejarah Indonesia.

 

Sampai saat ini negara Indonesia merupakan sasaran utama bangsa barat (Amerika dan sekutunya) dalam melakukan gerakan “Economic Hit Man” (EHM), yaitu penjajahan ekonomi melalui tipu daya negara secara sistematis untuk mencurangi dan menipu melalui pinjaman utang yang melebihi kemampuan membayar, dan program-program lainnya yang berhubungan dengan kolonialisme ala barat. Kaitan JIL dan ekonomi sangat bersentuhan, sebab dimulai dari kata Islam Liberal dengan membuka wacana ala barat dan tidak lagi menggunakan pemikiran pribumi yang lebih manusiawi. Gerakan JIL diharapkan mampu menerobos penghalang ekspansi ekonomi barat, dengan dimulai melemahkan budaya pribumi yang dianggap tidak sesuai dengan kepentingannya, maka kata liberal dimasukkan mengganti Induk tepa selira yang dibangun masyarakat tradisional, inilah penjajahan budaya yang diterusakan melalui ekonomi, lagi-lagi kekayaan alam yang menjadi incaran masyarakat barat dan csnya.

 

Seluruh tindakan masyarakat pribumi selalu menjadi obyek pemikiran mereka yang memandang masyarakat tradsional tidak layak dalam mewujudkan kearifan lokalnya, maka JIT anti dengan budaya pemkiran Liberal (kolonialisme) yang sudah jelas berseberangan dengan masyarakat pribumi dalam menyikapi beragam persoalan yang ada ditengah-tegah kehidupan masyarakat.

 

kebangkitan masyarakat tradisional di kalangan umat Islam merupakan bentuk kebijakan yang arif dari masyarakat local, untuk membendung gerakan Liberal yang dibawa JIL, karena dianggap pemikiran Liberal tidak sesuai dengan jati diri masyarakat pribumi, sehingga Jaringan Islam Tradisional memberikan pemahaman bahwa liberal merupakan penjajahan yang mengarah eksploitasi sumber daya alam, bahkan mereka memulai dari merenggut jati diri agama, sosial, budaya dan bidang-bidang lain yang ingin dikuasai secara mutlak, agar penjajahan dapat berjalan lancar dinegeri pribumi saat ini, dalam artian kemutlakan yang diinginkan bangsa barat dalam mencapai tujuan pengerukan kekayaan alam, dengan jalan membongkar tradisi, bahkan agama yang dianggap sebagai penghambat imperialisme ala barat, jadi secara sadar atau tidak sadar JIL sudah dibuat sebagai boneka imperialisme barat yang penuh tipu daya.

 

Tantangan Global jaringan Islam tradisional tidaklah terbatas pada nasib ummat Islam semata, namun pada seluruh kemanusiaan. Hal ini karena ajaran Islam memiliki missi rahmat ke seluruh alam, yang tak cuma berorientasi manfaat untuk bangsa tertentu, apalagi elit tertentu. Karena itu strategi yang harus ditempuh JIT tidak harus pula strategi global yang berdasarkan syara’. Tetapi berdasarkan kepribadian masyarakat prbumi sebagai jalan menempuh cara pandang hidup masyarakat, Tepa selira (tenggang rasa) sudah teruji sejak zaman Kerajaan mataram kuno, sriwijaya, majapahit maupun kerajaan-kerajaan pribumi lain. Tepa selira sangat cocok untuk kepribadian bangsa Indonesia dan diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat pribumi.

 

Kebobrokan liberalisme dengan sistem kapitalisme telah nyata, baik berupa kerusakan lingkungan, pemiskinan di dunia ketiga maupun disorientasi kehidupan pada masyarakat mereka sendiri, yang di antaranya tercermin dari peningkatan penggunaan narkoba dan angka bunuh diri. Orang jelata di Barat pun akhirnya merasakan sesuatu yang tidak benar dan tidak adil pada sistem yang diterapkan atas mereka. Mereka menyadari bahwa sistem itu hanya menguntungkan segelintir kecil elit mereka, yakni para kapitalis (liberalisme) serta politisi yang merealisasi tujuan para kapitalis itu secara sah.

 

Para kapitalis Barat melobby para intelektual di negeri-negeri berkembang yang memiliki sumber daya alam besar, baik muslim maupun bukan, agar mereka merubah politik ekonomi dan politik budayanya, agar makin effisien dengan adanya pasar global, dan untuk itu harus “ramah” terhadap Barat. Para pelobby ini adalah professional berpenghasilan sangat tinggi yang menipu negara-negara di seluruh dunia triliunan dollar, penipuan ini di mulai dengan membawa angin segar dan membuat jaringan islam liberal yang seolah-olah sebagai penyelamat kebodohan, padahal tujuan sebenarnya mereka adalah pembodohan yang mengarah pemiskinan.

 

Bukti nyata penjajahan atas nama kebebasan ala liberal dengan pasar bebas (WTO, AFTA, APEC), negeri-negeri ini telah membuka keran privatisasi yang luar biasa, termasuk dengan menjual asset-asset publik mereka kepada swasta asing, baik dengan alasan untuk membayar utang, maupun agar kompatibel dengan aturan-aturan internasional. Di Indonesia, orang bangga ketika menggandeng PAM Jaya dengan Lyonase dari Perancis dan Thames dari Inggris, seakan dengan itu perusahaan layanan publik menjadi go internasional. Yang kemudian terjadi hanyalah bahwa para pelanggan harus membayar lebih mahal dan hampir tidak ada perluasan cakupan layanan.

 

Bukti lainnya adalah terjadi penjualan BUMN (misalnya Indosat ke Temasek Singapura, Bandara Sukarno Hatta ke Schipol Belanda) maupun swasta nasional (misalnya Aqua ke Danone, Sampurna ke Phillip Morris dan sebagainya). Sementara itu investasi baru terutama yang terkait dengan sumberdaya alam, energi dan infrastruktur, hampir semuanya selalu diberikan ke asing. Bagaimana dengan sumur minyak di Cepu yang diberikan ke ExxonMobile, atau lapangan gas di Natuna. Semua ini mengikuti praktik tak adil dan ekploitatif yang sudah terjadi puluhan tahun dengan Freeport atau Newmont. Di Freeport, konsentrat emas langsung dikapalkan ke Amerika, tanpa ada satupun petugas beacukai di pelabuhannya. Pemerintah sudah puas dengan kenyataan bahwa PT Freeport Indonesia adalah pembayar pajak terbesar. Sekitar Rp. 6 Triliun yang dibayarkannya setiap tahun ke pundi-pundi pemerintah. Namun berapa sebenarnya yang mereka keruk dari Indonesia tidak ada yang tahu.

 

Maka jaringan Islam tradisional merupakan kebenaran sejarah yang telah terbukti sebagai alat masyarakat pribumi dalam menyatukan wadah masyarakat, untuk melawan gerakan barat yang ingin kembali menancapkan penjajahan dinegeri kita,, untuk itu imperialsme ala barat (belanda) jangan sampai terulang menjadi penjajahan jilid dua yang digaungkan amerika dan sekutunya, sebab mereka tidak hanya memakan harta benda, tetapi jutaan nyawa harus hilang sebagai korban perjuangan membela kemerdekaan.

 

Dari uraian diatas semua dikembalikan pada diri sendiri, apakah kita akan berdiri sebagai pejuang pribumi atau kita akan berperan sebagai penjajah yang bernaungan dibawah kaki bangsa liberal yang sekarang dengan wajah JIL (jaringan Islam liberal).

 

 



SAJAK JARINGAN ISLAM TRADISIONAL



Oleh: Khoirul Taqwim

 

Melihat kursi yang terbuat dari bamboo

Sambil kuhisap rokok ditangan kiriku

Mataku berkedip sesaat

Saat ada air yang menetes dari daun  talas

Tanganku bergetar kencang

Pertanda tradisi lagi bongkar pasang

 

Terlihat dari jauh udara

Tipuan budaya menghantam

Seolah-olah dewa penyelamat

Dengan tongkat barat

Tak lupa angin dari timur tengah

Tak mau ketinggalan kalah

Rebut kekuasaan

Cara hakim menghakimi

Selalu datang

Tanpa ada hati rasa

Rasio kebenaran

Selalu jadi obrolan

Bahasa langit tak lupa digambarkan

Sebagai kebenaran absolut

Jika tak sesuai dengannya

Dia bilang dengan tegas

Ini tak mutu

Sesat harusnya taubat

Yang lebih parah lagi

Sebutan kafir murtad

Tak ketinggalan keluar dari mulut maut

Sang pahlawan tipu

 

Kusedu kopiku sejenak

Menerawang keangkasa nan jauh diatas atap

Terlihat pancaran bermuka dua

Kutengok sejenak

Hilang seketika

Ditelan kabut awan

Tradisi pribumi

Jadi gunjingan harian

Barat maupun timur tengah

Bawa jimat mantra

Jika pribumi tak sesuai

Maka pengadilan palsu kan datang

 

O……Masyarakat tradisional

Berkata sederhana lewat udara

Apa kau tak tahu

Bahwa aku berbeda dari engkau

Aku berawal dari kebiasaan harianku

Bukan dari apa yang kamu konsep

Jangan menghakimi aku

Walau aku tak sepaham engkau

Tepa selira kuangkat kedepan

Bukan barat ketupat yang jadi acuan

Apalagi timur tengah yang jadi panduanku

Tapi pribumi kujadikan jati diriku

Sebagai lambang keperkasaan

Kemenangan melawan ketidak-adilan

Saturday, 30 January 2010

SAJAK JARINGAN ISLAM TRADISIONAL

Oleh: Khoirul Taqwim

 

Melihat kursi yang terbuat dari bamboo

Sambil kuhisap rokok ditangan kiriku

Mataku berkedip sesaat

Saat ada air yang menetes dari daun  talas

Tanganku bergetar kencang

Pertanda tradisi lagi bongkar pasang

 

Terlihat dari jauh udara

Tipuan budaya menghantam

Seolah-olah dewa penyelamat

Dengan tongkat barat

Tak lupa angin dari timur tengah

Tak mau ketinggalan kalah

Rebut kekuasaan

Cara hakim menghakimi

Selalu datang

Tanpa ada hati rasa

Rasio kebenaran

Selalu jadi obrolan

Bahasa langit tak lupa digambarkan

Sebagai kebenaran absolut

Jika tak sesuai dengannya

Dia bilang dengan tegas

Ini tak mutu

Sesat harusnya taubat

Yang lebih parah lagi

Sebutan kafir murtad

Tak ketinggalan keluar dari mulut maut

Sang pahlawan tipu

 

Kusedu kopiku sejenak

Menerawang keangkasa nan jauh diatas atap

Terlihat pancaran bermuka dua

Kutengok sejenak

Hilang seketika

Ditelan kabut awan

Tradisi pribumi

Jadi gunjingan harian

Barat maupun timur tengah

Bawa jimat mantra

Jika pribumi tak sesuai

Maka pengadilan palsu kan datang

 

O……Masyarakat tradisional

Berkata sederhana lewat udara

Apa kau tak tahu

Bahwa aku berbeda dari engkau

Aku berawal dari kebiasaan harianku

Bukan dari apa yang kamu konsep

Jangan menghakimi aku

Walau aku tak sepaham engkau

Tepa selira kuangkat kedepan

Bukan barat ketupat yang jadi acuan

Apalagi timur tengah yang jadi panduanku

Tapi pribumi kujadikan jati diriku

Sebagai lambang keperkasaan

Kemenangan melawan ketidak-adilan

SAJAK JARINGAN ISLAM TRADISIONAL

Oleh: Khoirul Taqwim

 

Melihat kursi yang terbuat dari bamboo

Sambil kuhisap rokok ditangan kiriku

Mataku berkedip sesaat

Saat ada air yang menetes dari daun  talas

Tanganku bergetar kencang

Pertanda tradisi lagi bongkar pasang

 

Terlihat dari jauh udara

Tipuan budaya menghantam

Seolah-olah dewa penyelamat

Dengan tongkat barat

Tak lupa angin dari timur tengah

Tak mau ketinggalan kalah

Rebut kekuasaan

Cara hakim menghakimi

Selalu datang

Tanpa ada hati rasa

Rasio kebenaran

Selalu jadi obrolan

Bahasa langit tak lupa digambarkan

Sebagai kebenaran absolut

Jika tak sesuai dengannya

Dia bilang dengan tegas

Ini tak mutu

Sesat harusnya taubat

Yang lebih parah lagi

Sebutan kafir murtad

Tak ketinggalan keluar dari mulut maut

Sang pahlawan tipu

 

Kusedu kopiku sejenak

Menerawang keangkasa nan jauh diatas atap

Terlihat pancaran bermuka dua

Kutengok sejenak

Hilang seketika

Ditelan kabut awan

Tradisi pribumi

Jadi gunjingan harian

Barat maupun timur tengah

Bawa jimat mantra

Jika pribumi tak sesuai

Maka pengadilan palsu kan datang

 

O……Masyarakat tradisional

Berkata sederhana lewat udara

Apa kau tak tahu

Bahwa aku berbeda dari engkau

Aku berawal dari kebiasaan harianku

Bukan dari apa yang kamu konsep

Jangan menghakimi aku

Walau aku tak sepaham engkau

Tepa selira kuangkat kedepan

Bukan barat ketupat yang jadi acuan

Apalagi timur tengah yang jadi panduanku

Tapi pribumi kujadikan jati diriku

Sebagai lambang keperkasaan

Kemenangan melawan ketidak-adilan

PENYEBAB KEMISKINAN MASYARAKAT DESA

Oleh: Khoirul Taqwim

 

Permasalahan kemiskinan dinegeri ini secara historis tidak ada habisnya, begitu kompleksnya kemiskinan yang ada dalam kehidupan masyarakat desa, menurut Sorjono Soekonto mengartikan tentang kemiskinan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.


Kenyataan menunjukkan bahwa kemiskinan masih terdapat pada penduduk negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Kemiskinan sering dihubungkan dengan keterbelakangan dan ketertinggalan. Di samping itu kemiskinan juga merupakan salah satu masalah social yang amat serius. Untuk mencari solusi yang relevan dalam pemecahan masalah kemiskinan, perlu dipahami sebab musabab dan menelusuri akar permasalahan kemiskinan itu, agar dapat digali potensi sebenarnya yang terkandung dalam sumberdaya masyarakat pedesaan.


Kemiskinan pada hakekatnya adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin, tetapi karena tidak bisa dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Kemiskinan antara lain ditandai dengan sikap dan tingkah laku yang menerima keadaan yang seakan-akan tidak bisa diubah, yang tercermin di dalam lemahnya kemauan untuk maju, rendahnya produktivitas, ditambah lagi oleh terbatasnya ,modal yang dimiliki, rendahnya pendidikan dan terbatasnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

 

Sebelum lebih jauh membahas tentang masyarakat desa, lebih dulu mengetahui pengertian desa atau pedesaan, menurut Sutardjo Kartohadikusuma: “Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan sendiri”. Menurut Bintarto: “Desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang terdapat di sit u(suatu daerah) dalam hubungannya dan pengaruhnya secara timbal-balik dengan daerah lain. 

 

Sedangkan masyarakat pedesaan menurut Ferdinand Tonies: “Masyarakat pedesaan adalah masayarakat gemeinschaft (paguyuban), dan paguyubanlah yang menyebabkan orang-orangkota menilai sebagai masyarakat itu tenang harmonis, rukun dan damai dengan julukan masyarakat yang adem ayem.

 

Penyebab kemiskinan di pedesaan ada dua faktor antara lain

 

!). Faktor alamiah antara lain berupa kondisi lingkungan tempat tinggal. Seseorang yang tinggal di daerah tandus, relatif besar peluangnya untuk menjadi miskin karena ketidakmampuan daya dukung lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidup minimal orang bersangkutan.

 

2).Faktor penyebab kemiskinan yang kedua adalah kebudayaan. Edward Burnett Tylor mendefinisikan kebudayaan sebagai kompleks keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral, kebiasaan, dan lain-lain kecakapan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. 

 

Jadi penyebab kemiskinan di pedesaan diantaranya adalah:

 

1) Masyarakat pedesaan dalam berwirausaha terbentur kurangnya modal, rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat pedesaan.

 

2) Sulitnya merubah pola perilaku ekonomi yang konstruktif di tingkat pedesaan miskin dalam pemenuhan kebutuhan minimal sehari-hari,

 

3) Adanya hubungan antara pola perilaku ekonomi yang  destruktif dalam kehidupan masyarakat desa, dengan tingkat kesejahteraan rendah dalam kehidupan masyarakat miskin pedesaan.

 

 4) Kurangnya perhatian dan peran pemerintah dan pihak swasta dalam menanggulangi kemiskinan di tingkat pedesaan. 

PENYEBAB KEMISKINAN MASYARAKAT DESA

Oleh: Khoirul Taqwim

 

Permasalahan kemiskinan dinegeri ini secara historis tidak ada habisnya, begitu kompleksnya kemiskinan yang ada dalam kehidupan masyarakat desa, menurut Sorjono Soekonto mengartikan tentang kemiskinan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.


Kenyataan menunjukkan bahwa kemiskinan masih terdapat pada penduduk negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Kemiskinan sering dihubungkan dengan keterbelakangan dan ketertinggalan. Di samping itu kemiskinan juga merupakan salah satu masalah social yang amat serius. Untuk mencari solusi yang relevan dalam pemecahan masalah kemiskinan, perlu dipahami sebab musabab dan menelusuri akar permasalahan kemiskinan itu, agar dapat digali potensi sebenarnya yang terkandung dalam sumberdaya masyarakat pedesaan.


Kemiskinan pada hakekatnya adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin, tetapi karena tidak bisa dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Kemiskinan antara lain ditandai dengan sikap dan tingkah laku yang menerima keadaan yang seakan-akan tidak bisa diubah, yang tercermin di dalam lemahnya kemauan untuk maju, rendahnya produktivitas, ditambah lagi oleh terbatasnya ,modal yang dimiliki, rendahnya pendidikan dan terbatasnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

 

Sebelum lebih jauh membahas tentang masyarakat desa, lebih dulu mengetahui pengertian desa atau pedesaan, menurut Sutardjo Kartohadikusuma: “Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan sendiri”. Menurut Bintarto: “Desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang terdapat di sit u(suatu daerah) dalam hubungannya dan pengaruhnya secara timbal-balik dengan daerah lain. 

 

Sedangkan masyarakat pedesaan menurut Ferdinand Tonies: “Masyarakat pedesaan adalah masayarakat gemeinschaft (paguyuban), dan paguyubanlah yang menyebabkan orang-orangkota menilai sebagai masyarakat itu tenang harmonis, rukun dan damai dengan julukan masyarakat yang adem ayem.

 

Penyebab kemiskinan di pedesaan ada dua faktor antara lain

 

!). Faktor alamiah antara lain berupa kondisi lingkungan tempat tinggal. Seseorang yang tinggal di daerah tandus, relatif besar peluangnya untuk menjadi miskin karena ketidakmampuan daya dukung lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidup minimal orang bersangkutan.

 

2).Faktor penyebab kemiskinan yang kedua adalah kebudayaan. Edward Burnett Tylor mendefinisikan kebudayaan sebagai kompleks keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral, kebiasaan, dan lain-lain kecakapan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. 

 

Jadi penyebab kemiskinan di pedesaan diantaranya adalah:

 

1) Masyarakat pedesaan dalam berwirausaha terbentur kurangnya modal, rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat pedesaan.

 

2) Sulitnya merubah pola perilaku ekonomi yang konstruktif di tingkat pedesaan miskin dalam pemenuhan kebutuhan minimal sehari-hari,

 

3) Adanya hubungan antara pola perilaku ekonomi yang  destruktif dalam kehidupan masyarakat desa, dengan tingkat kesejahteraan rendah dalam kehidupan masyarakat miskin pedesaan.

 

 4) Kurangnya perhatian dan peran pemerintah dan pihak swasta dalam menanggulangi kemiskinan di tingkat pedesaan. 

MEMBANGUNAN MASYARAKAT PINGGIRAN


Oleh: Khoirul Taqwim

 

Permasalahan tentang kemiskinan merupakan warisan sejarah yang tak kunjung usai, sebab dari dahulu kala sampai saat ini terus berlangsung secara terus menerus. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern.

 

Kemiskinan sebagai suatu penyakit sosial ekonomi yang tidak hanya dialami oleh negara-negara yang sedang berkembang, tetapi juga negara-negara maju, seperti Inggris dan Amerika Serikat. Negara Inggris mengalami kemiskinan di penghujung tahun 1700-an pada era kebangkitan revolusi industri yang muncul di Eropah. Pada masa itu kaum miskin di Inggris berasal dari tenaga-tenaga kerja pabrik yang sebelumnya sebagai petani yang mendapatkan upah rendah, sehingga kemampuan daya belinya juga rendah. Mereka umumnya tinggal di permukiman kumuh yang rawan terhadap penyakit sosial lainnya, seperti prostitusi, kriminalitas, pengangguran.

 

Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut, kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untak memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari fihak lain yang membantunya.

 

Keberadaan masyarakat miskin bisa menjadi hambatan terbesar bagi pembangunan itu sendiri. Pemberdayaan keluarga lewat peningkatan kualitas anggota keluarga menjadi solusi masyarakat keluar dari kemiskinan. Sedangkan kemiskinan pada hakekatnya adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin, tetapi karena tidak bisa dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Kemiskinan antara lain ditandai dengan sikap dan tingkah laku yang menerima keadaan yang seakan-akan tidak bisa diubah, yang tercermin di dalam lemahnya kemauan untuk maju, rendahnya produktivitas, ditambah lagi oleh terbatasnya ,modal yang dimiliki, rendahnya pendidikan dan terbatasnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

 

Jadi kemiskinan itu sendiri merupakan hambatan pembangunan, untuk itu perlu adanya kebijakan secara cerdas dan memberi terobosan dalam penyelesaian tentang adanya kemiskinan ditengah-tengah kehidupan masyarakat,. Solusi yang tepat sasaran sangat dibutuhkan agar penyelesaian kemiskinan dapat dituntaskan atau paling tidak dapat diminimalisir secara cepat dan tepat.

 

Keberhasilan pembangunan apabila didukung semua pihak baik dari masyarakkat secara luas dan pemerintah sebagai pengelola negara. maka dibutuhkan dorongan dan dukungan dari semua pihak diantaranya adalah:

 

1.  Partisipasi Rakyat

      Partisipasi rakyat merupakan salah satu prinsip umum pembangunan dalam tatanan politik demokrasi baru di Indonesia. Gagasan dari partisipasi rakyat juga ditekankan dalam UU No. 22 tentang Otonomi Daerah, sebagai salah satu prinsip pedoman untuk Otonomi Daerah. Salah satu argumen utama dalam mendukung gagasan dari partisipasi rakyat ini adalah penghargaan bahwa rakyat dapat lebih berpartisipasi dalam pengambilan keputusan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan kesejahteraan mereka. Manifestasi yang paling tampak dari partisipasi rakyat dalam pemerintahan daerah dewasa ini adalah terbentuk dan giatnya LSM-LSM, Lembaga Pengabdian pada Masyarakat dari Berbagai Perguruan Tinggi (LPM-Perguruan Tinggi) dan Asosiasi-Asosiasi dalam Lingkup Dunia Usaha (misal: KADINDA) yang ada. Umumnya menangani masalah-masalah Ekonomi, Lingkungan, Kesehatan, KKN dan Pembangunan Perkotaan/pedesaan, Kemiskinan dan lain sebagainya. Lembaga-lembaga ini tidak diragukan lagi mempunyai andil besar dalam memberikan dampak perubahan pada bidang pengambilan kebijakan yang dibuka oleh demokratisasi.

 

2. . Menggugah Kepedulian Bersama terhadap Kemiskinan

      Harapan tercapainya gerakan bersama dalam upaya menanggulangi kemiskinan ini dapat terwujud bila Warga-Miskin menyadari kemampuan dan potensi yang dimilikinya dapat dikembangkan dan dipergunakan untuk memperbaiki kondisi kehidupannya dan Warga-Peduli-Kemiskinan memiliki jiwa kerelawanan, berpihak dan bersatu padu dengan warga miskin untuk bersama-sama memikirkan, merumuskan cara, bertindak dan terus mengevaluasi diri.

 

3. Menuju Tata Pemerintahan yang Berpihak pada Masyarakat Pinggiran

      Era Otonomi Daerah saat ini mendorong penyempurnaan pengambilan kebijakan dan tindakan Pemerintah Daerah. Hal ini juga mendorong Pemerintah Daerah menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakatnya, kualitas pelayanan publik yang lebih baik, terciptanya dinamika pembangunan yang kondusif untuk perbaikan kondisi ekonomi dan peningkatan upaya penanggulangan kemiskinan.

 

Membangun masyarakat pinggiran diantaranya adalah:

 

1. Menggiatkan kegiatan per-ekonomian masyarakat pinggiran yang berpedoman pada pencapaian ketahanan pangan seperti usaha mikro kecil menengah (UMKM).

 

2. Seharusnya pemerintah membangun infrastruktur daerah pinggiran yang masih jauh tertinggal dengan daerah kota yang lebih maju. Terutam membangun di pedesaan dan pinggiran kota yang masih banyak masyarakatnya yang belum menikmati jalan yang beraspal baik. Apalagi akibat banjir yang datang setiap tahun, banyak infrastruktur di daerah pinggiran yang rusak. Terutama sarana jalan raya. Dan menggalakkan pembangunan pelayanan kesehatan, pendidikan, Listrik masuk desa, dan pembangunan infrastruktur lainnya yang berhubungan untuk kesejahteraan masyarakat pinggiran.

 

3. Saat ini ini masyarakat Intelektual cenderung menumpuk di pusat kota. Jarang dari mereka hidup berbaur dengan masyarakat pelosok desa yang minim sarana dan prasarana. Perlunya membangun dan meningkatkan sumber daya manusia di pinggiran kota dan desa-desa dengan cara menugaskan tenaga-tenaga yang andal baik dari bidang pendidikan, kesehatan dan usaha untuk terjun dan tinggal di pinggiran kota dan desa-desa, yaitu untuk hidup bermasyarakat bersama-sama memajukan desa. Ini antara lain dengan menggalakkan belajar dengan cara mendirikan taman bacaan di desa, melatih dan menggiatkan wirausaha desa, mendirikan pelayanan kesehatan di pusat-pusat desa dan pinggiran kota.

MEMBANGUNAN MASYARAKAT PINGGIRAN


Oleh: Khoirul Taqwim

 

Permasalahan tentang kemiskinan merupakan warisan sejarah yang tak kunjung usai, sebab dari dahulu kala sampai saat ini terus berlangsung secara terus menerus. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern.

 

Kemiskinan sebagai suatu penyakit sosial ekonomi yang tidak hanya dialami oleh negara-negara yang sedang berkembang, tetapi juga negara-negara maju, seperti Inggris dan Amerika Serikat. Negara Inggris mengalami kemiskinan di penghujung tahun 1700-an pada era kebangkitan revolusi industri yang muncul di Eropah. Pada masa itu kaum miskin di Inggris berasal dari tenaga-tenaga kerja pabrik yang sebelumnya sebagai petani yang mendapatkan upah rendah, sehingga kemampuan daya belinya juga rendah. Mereka umumnya tinggal di permukiman kumuh yang rawan terhadap penyakit sosial lainnya, seperti prostitusi, kriminalitas, pengangguran.

 

Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut, kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untak memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari fihak lain yang membantunya.

 

Keberadaan masyarakat miskin bisa menjadi hambatan terbesar bagi pembangunan itu sendiri. Pemberdayaan keluarga lewat peningkatan kualitas anggota keluarga menjadi solusi masyarakat keluar dari kemiskinan. Sedangkan kemiskinan pada hakekatnya adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin, tetapi karena tidak bisa dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Kemiskinan antara lain ditandai dengan sikap dan tingkah laku yang menerima keadaan yang seakan-akan tidak bisa diubah, yang tercermin di dalam lemahnya kemauan untuk maju, rendahnya produktivitas, ditambah lagi oleh terbatasnya ,modal yang dimiliki, rendahnya pendidikan dan terbatasnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

 

Jadi kemiskinan itu sendiri merupakan hambatan pembangunan, untuk itu perlu adanya kebijakan secara cerdas dan memberi terobosan dalam penyelesaian tentang adanya kemiskinan ditengah-tengah kehidupan masyarakat,. Solusi yang tepat sasaran sangat dibutuhkan agar penyelesaian kemiskinan dapat dituntaskan atau paling tidak dapat diminimalisir secara cepat dan tepat.

 

Keberhasilan pembangunan apabila didukung semua pihak baik dari masyarakkat secara luas dan pemerintah sebagai pengelola negara. maka dibutuhkan dorongan dan dukungan dari semua pihak diantaranya adalah:

 

1.  Partisipasi Rakyat

      Partisipasi rakyat merupakan salah satu prinsip umum pembangunan dalam tatanan politik demokrasi baru di Indonesia. Gagasan dari partisipasi rakyat juga ditekankan dalam UU No. 22 tentang Otonomi Daerah, sebagai salah satu prinsip pedoman untuk Otonomi Daerah. Salah satu argumen utama dalam mendukung gagasan dari partisipasi rakyat ini adalah penghargaan bahwa rakyat dapat lebih berpartisipasi dalam pengambilan keputusan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan kesejahteraan mereka. Manifestasi yang paling tampak dari partisipasi rakyat dalam pemerintahan daerah dewasa ini adalah terbentuk dan giatnya LSM-LSM, Lembaga Pengabdian pada Masyarakat dari Berbagai Perguruan Tinggi (LPM-Perguruan Tinggi) dan Asosiasi-Asosiasi dalam Lingkup Dunia Usaha (misal: KADINDA) yang ada. Umumnya menangani masalah-masalah Ekonomi, Lingkungan, Kesehatan, KKN dan Pembangunan Perkotaan/pedesaan, Kemiskinan dan lain sebagainya. Lembaga-lembaga ini tidak diragukan lagi mempunyai andil besar dalam memberikan dampak perubahan pada bidang pengambilan kebijakan yang dibuka oleh demokratisasi.

 

2. . Menggugah Kepedulian Bersama terhadap Kemiskinan

      Harapan tercapainya gerakan bersama dalam upaya menanggulangi kemiskinan ini dapat terwujud bila Warga-Miskin menyadari kemampuan dan potensi yang dimilikinya dapat dikembangkan dan dipergunakan untuk memperbaiki kondisi kehidupannya dan Warga-Peduli-Kemiskinan memiliki jiwa kerelawanan, berpihak dan bersatu padu dengan warga miskin untuk bersama-sama memikirkan, merumuskan cara, bertindak dan terus mengevaluasi diri.

 

3. Menuju Tata Pemerintahan yang Berpihak pada Masyarakat Pinggiran

      Era Otonomi Daerah saat ini mendorong penyempurnaan pengambilan kebijakan dan tindakan Pemerintah Daerah. Hal ini juga mendorong Pemerintah Daerah menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakatnya, kualitas pelayanan publik yang lebih baik, terciptanya dinamika pembangunan yang kondusif untuk perbaikan kondisi ekonomi dan peningkatan upaya penanggulangan kemiskinan.

 

Membangun masyarakat pinggiran diantaranya adalah:

 

1. Menggiatkan kegiatan per-ekonomian masyarakat pinggiran yang berpedoman pada pencapaian ketahanan pangan seperti usaha mikro kecil menengah (UMKM).

 

2. Seharusnya pemerintah membangun infrastruktur daerah pinggiran yang masih jauh tertinggal dengan daerah kota yang lebih maju. Terutam membangun di pedesaan dan pinggiran kota yang masih banyak masyarakatnya yang belum menikmati jalan yang beraspal baik. Apalagi akibat banjir yang datang setiap tahun, banyak infrastruktur di daerah pinggiran yang rusak. Terutama sarana jalan raya. Dan menggalakkan pembangunan pelayanan kesehatan, pendidikan, Listrik masuk desa, dan pembangunan infrastruktur lainnya yang berhubungan untuk kesejahteraan masyarakat pinggiran.

 

3. Saat ini ini masyarakat Intelektual cenderung menumpuk di pusat kota. Jarang dari mereka hidup berbaur dengan masyarakat pelosok desa yang minim sarana dan prasarana. Perlunya membangun dan meningkatkan sumber daya manusia di pinggiran kota dan desa-desa dengan cara menugaskan tenaga-tenaga yang andal baik dari bidang pendidikan, kesehatan dan usaha untuk terjun dan tinggal di pinggiran kota dan desa-desa, yaitu untuk hidup bermasyarakat bersama-sama memajukan desa. Ini antara lain dengan menggalakkan belajar dengan cara mendirikan taman bacaan di desa, melatih dan menggiatkan wirausaha desa, mendirikan pelayanan kesehatan di pusat-pusat desa dan pinggiran kota.

CINTA DAN SAHABAT



Oleh: Khoirul Taqwim



Cinta adalah cinta 
Sahabat adalah sahabat 
Dua bahasa 
Beda dan sama 

Mantan cinta 
Benar ada 
Mantan sahabat 
Terdengar tak ada 

Kasih cinta 
Pilihan anda 
Kasih sahabat 
Kemana saja 

Bahasa cinta 
Penuh haru 
Bahasa sahabat 
Sejuk jiwa 

Cinta sahabat 
Bahaya benar 
Sahabat cinta 
Gawat terdengar 

Lari cinta 
Hati terlena 
Lari sahabat 
Hati dapat 

Cinta dan sahabat 
Penuh makna 
Artiati punya sama 
Artiati punya beda 

Cinta dan sahabat 
Bahasa terangkai 
Dua mata rantai 
Saling melengkapi 

Lakukan 
Kerjakan 
Hadapi 
Kan kau lewati semua 

 


KABAR DEMOKRASI



Oleh: Khoirul Taqwim



Demokrasi tong sampah 
mendengung ditelinga jutaan rakyat 
bersorak ramai 
berebut kursi kemegahan 

Jabatan adalah tujuan 
amanah adalah bongkahan bahasa jalanan 
kebenaran terasingkan 
penipuan adalah pemenang 

Berlari anak kecil 
menyambung nyawa kehidupan 
pemimpin menuding 
sampah berkeliaran ditrotoar 

Kelemahan negeri 
tertutup 
dututupi 
broker-broker demokrasi 

Slogan demokrasi pejuang 
rakyat adalah mlikku 
kan kuabdikan hidupku 
nyawa adalah taruhanku 

Slogan hanya slogan 
kenyataan dipinggir jalan 
disawah-sawah 
semua masih mengharap belas kasihan 

Demokrasi tong sampah 
menggaung 
meraung 
tumbuh subur dinegeri 

Jalan demokrasi 
kesejahteraan 
kemakmuran 
jutaan manusia mengadah tangan 

Kabar demokrasi 
warung kopi 
pos ronda 
berita jutaan telinga 

Salam demokrasi 
mantabkan 
jalankan 
roda perbaikan

MEMBANGUNAN MASYARAKAT PINGGIRAN

Oleh: Khoirul Taqwim

 

Permasalahan tentang kemiskinan merupakan warisan sejarah yang tak kunjung usai, sebab dari dahulu kala sampai saat ini terus berlangsung secara terus menerus. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern.

 

Kemiskinan sebagai suatu penyakit sosial ekonomi yang tidak hanya dialami oleh negara-negara yang sedang berkembang, tetapi juga negara-negara maju, seperti Inggris dan Amerika Serikat. Negara Inggris mengalami kemiskinan di penghujung tahun 1700-an pada era kebangkitan revolusi industri yang muncul di Eropah. Pada masa itu kaum miskin di Inggris berasal dari tenaga-tenaga kerja pabrik yang sebelumnya sebagai petani yang mendapatkan upah rendah, sehingga kemampuan daya belinya juga rendah. Mereka umumnya tinggal di permukiman kumuh yang rawan terhadap penyakit sosial lainnya, seperti prostitusi, kriminalitas, pengangguran.

 

Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan absolut, kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untak memenuhi kebutuhan hidup minimum: pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari fihak lain yang membantunya.

 

Keberadaan masyarakat miskin bisa menjadi hambatan terbesar bagi pembangunan itu sendiri. Pemberdayaan keluarga lewat peningkatan kualitas anggota keluarga menjadi solusi masyarakat keluar dari kemiskinan. Sedangkan kemiskinan pada hakekatnya adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin, tetapi karena tidak bisa dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Kemiskinan antara lain ditandai dengan sikap dan tingkah laku yang menerima keadaan yang seakan-akan tidak bisa diubah, yang tercermin di dalam lemahnya kemauan untuk maju, rendahnya produktivitas, ditambah lagi oleh terbatasnya ,modal yang dimiliki, rendahnya pendidikan dan terbatasnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

 

Jadi kemiskinan itu sendiri merupakan hambatan pembangunan, untuk itu perlu adanya kebijakan secara cerdas dan memberi terobosan dalam penyelesaian tentang adanya kemiskinan ditengah-tengah kehidupan masyarakat,. Solusi yang tepat sasaran sangat dibutuhkan agar penyelesaian kemiskinan dapat dituntaskan atau paling tidak dapat diminimalisir secara cepat dan tepat.

 

Keberhasilan pembangunan apabila didukung semua pihak baik dari masyarakkat secara luas dan pemerintah sebagai pengelola negara. maka dibutuhkan dorongan dan dukungan dari semua pihak diantaranya adalah:

 

1.  Partisipasi Rakyat

      Partisipasi rakyat merupakan salah satu prinsip umum pembangunan dalam tatanan politik demokrasi baru di Indonesia. Gagasan dari partisipasi rakyat juga ditekankan dalam UU No. 22 tentang Otonomi Daerah, sebagai salah satu prinsip pedoman untuk Otonomi Daerah. Salah satu argumen utama dalam mendukung gagasan dari partisipasi rakyat ini adalah penghargaan bahwa rakyat dapat lebih berpartisipasi dalam pengambilan keputusan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan kesejahteraan mereka. Manifestasi yang paling tampak dari partisipasi rakyat dalam pemerintahan daerah dewasa ini adalah terbentuk dan giatnya LSM-LSM, Lembaga Pengabdian pada Masyarakat dari Berbagai Perguruan Tinggi (LPM-Perguruan Tinggi) dan Asosiasi-Asosiasi dalam Lingkup Dunia Usaha (misal: KADINDA) yang ada. Umumnya menangani masalah-masalah Ekonomi, Lingkungan, Kesehatan, KKN dan Pembangunan Perkotaan/pedesaan, Kemiskinan dan lain sebagainya. Lembaga-lembaga ini tidak diragukan lagi mempunyai andil besar dalam memberikan dampak perubahan pada bidang pengambilan kebijakan yang dibuka oleh demokratisasi.

 

2. . Menggugah Kepedulian Bersama terhadap Kemiskinan

      Harapan tercapainya gerakan bersama dalam upaya menanggulangi kemiskinan ini dapat terwujud bila Warga-Miskin menyadari kemampuan dan potensi yang dimilikinya dapat dikembangkan dan dipergunakan untuk memperbaiki kondisi kehidupannya dan Warga-Peduli-Kemiskinan memiliki jiwa kerelawanan, berpihak dan bersatu padu dengan warga miskin untuk bersama-sama memikirkan, merumuskan cara, bertindak dan terus mengevaluasi diri.

 

3. Menuju Tata Pemerintahan yang Berpihak pada Masyarakat Pinggiran

      Era Otonomi Daerah saat ini mendorong penyempurnaan pengambilan kebijakan dan tindakan Pemerintah Daerah. Hal ini juga mendorong Pemerintah Daerah menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakatnya, kualitas pelayanan publik yang lebih baik, terciptanya dinamika pembangunan yang kondusif untuk perbaikan kondisi ekonomi dan peningkatan upaya penanggulangan kemiskinan.

 

Membangun masyarakat pinggiran diantaranya adalah:

 

  1. Menggiatkan kegiatan per-ekonomian masyarakat pinggiran yang berpedoman pada pencapaian ketahanan pangan seperti usaha mikro kecil menengah (UMKM).

 

  1. Seharusnya pemerintah membangun infrastruktur daerah pinggiran yang masih jauh tertinggal dengan daerah kota yang lebih maju. Terutam membangun di pedesaan dan pinggiran kota yang masih banyak masyarakatnya yang belum menikmati jalan yang beraspal baik. Apalagi akibat banjir yang datang setiap tahun, banyak infrastruktur di daerah pinggiran yang rusak. Terutama sarana jalan raya. Dan menggalakkan pembangunan pelayanan kesehatan, pendidikan, Listrik masuk desa, dan pembangunan infrastruktur lainnya yang berhubungan untuk kesejahteraan masyarakat pinggiran.

 

  1. Saat ini ini masyarakat Intelektual cenderung menumpuk di pusat kota. Jarang dari mereka hidup berbaur dengan masyarakat pelosok desa yang minim sarana dan prasarana. Perlunya membangun dan meningkatkan sumber daya manusia di pinggiran kota dan desa-desa dengan cara menugaskan tenaga-tenaga yang andal baik dari bidang pendidikan, kesehatan dan usaha untuk terjun dan tinggal di pinggiran kota dan desa-desa, yaitu untuk hidup bermasyarakat bersama-sama memajukan desa. Ini antara lain dengan menggalakkan belajar dengan cara mendirikan taman bacaan di desa, melatih dan menggiatkan wirausaha desa, mendirikan pelayanan kesehatan di pusat-pusat desa dan pinggiran kota.

 

Friday, 29 January 2010

PENYEBAB KEMISKINAN MASYARAKAT DESA


Oleh: Khoirul Taqwim


Permasalahan kemiskinan dinegeri ini secara historis tidak ada habisnya, begitu kompleksnya kemiskinan yang ada dalam kehidupan masyarakat desa, menurut Sorjono Soekonto mengartikan tentang kemiskinan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.


Kenyataan menunjukkan bahwa kemiskinan masih terdapat pada penduduk negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Kemiskinan sering dihubungkan dengan keterbelakangan dan ketertinggalan. Di samping itu kemiskinan juga merupakan salah satu masalah social yang amat serius. Untuk mencari solusi yang relevan dalam pemecahan masalah kemiskinan, perlu dipahami sebab musabab dan menelusuri akar permasalahan kemiskinan itu, agar dapat digali potensi sebenarnya yang terkandung dalam sumberdaya masyarakat pedesaan.


Kemiskinan pada hakekatnya adalah situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin, tetapi karena tidak bisa dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Kemiskinan antara lain ditandai dengan sikap dan tingkah laku yang menerima keadaan yang seakan-akan tidak bisa diubah, yang tercermin di dalam lemahnya kemauan untuk maju, rendahnya produktivitas, ditambah lagi oleh terbatasnya ,modal yang dimiliki, rendahnya pendidikan dan terbatasnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

 

Sebelum lebih jauh membahas tentang masyarakat desa, lebih dulu mengetahui pengertian desa atau pedesaan, menurut Sutardjo Kartohadikusuma: “Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan sendiri”. Menurut Bintarto: “Desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang terdapat di sit u(suatu daerah) dalam hubungannya dan pengaruhnya secara timbal-balik dengan daerah lain. 

 

Sedangkan masyarakat pedesaan menurut Ferdinand Tonies: “Masyarakat pedesaan adalah masayarakat gemeinschaft (paguyuban), dan paguyubanlah yang menyebabkan orang-orangkota menilai sebagai masyarakat itu tenang harmonis, rukun dan damai dengan julukan masyarakat yang adem ayem.

 

Penyebab kemiskinan di pedesaan ada dua faktor antara lain

 

!). Faktor alamiah antara lain berupa kondisi lingkungan tempat tinggal. Seseorang yang tinggal di daerah tandus, relatif besar peluangnya untuk menjadi miskin karena ketidakmampuan daya dukung lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidup minimal orang bersangkutan.

 

2). Faktor penyebab kemiskinan yang kedua adalah kebudayaan. Edward Burnett Tylor mendefinisikan kebudayaan sebagai kompleks keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral, kebiasaan, dan lain-lain kecakapan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. 


Jadi penyebab kemiskinan di pedesaan diantaranya adalah:

 

1) Masyarakat pedesaan dalam berwirausaha terbentur kurangnya modal, rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat pedesaan.

 

2) Sulitnya merubah pola perilaku ekonomi yang konstruktif di tingkat pedesaan miskin dalam pemenuhan kebutuhan minimal sehari-hari,

 

3) Adanya hubungan antara pola perilaku ekonomi yang  destruktif dalam kehidupan masyarakat desa, dengan tingkat kesejahteraan rendah dalam kehidupan masyarakat miskin pedesaan.

 

4) Kurangnya perhatian dan peran pemerintah dan pihak swasta dalam menanggulangi kemiskinan di tingkat pedesaan.

Thursday, 28 January 2010

MENDUNG MENGHITAM




Oleh: Khoirul Taqwim



Gemerlap hati

Mempesona dalam jiwa rasa

Indah menggila

Saat jiwa lelah meratap

Keangkuhan

Kebobrokan

Mengiringi langkah kehidupan


Sang surya lagi tak bersinar

Ditelan mendung menghitam

Hati kalut

Bergelora dalam kabut

Iringi kekosongan kebutaan

Semua sirna ditengah lautan udara


FORUM MASYARAKAT PINGGIRAN

Oleh : Khoirul Taqwim

 

Tamparan keras ini

Tak sekeras halilintar kemarin

Yang membuat dinding rumah roboh

Yang membuat kampung mencekam


Tamparan keras ini

Bukti bahwa aku ada

Tentang rasa sakit ini

Tak sekeras sakitnya mereka

Mereka yang teraniaya sosial

Mereka yang kelaparan

Mereka yang yatim piatu

Tak punya bapak ibu

Jalan suram jadi kehidupannya

Iringi langkah sisa-sisa nafas nyawa

 

Tamparan keras ini

Tak sekeras masyarakat marginal

Tersingkir dari negeri sendiri

Mengemis dijalanan

Bertahan hidup

Kematian

Tinggal menghitung jari telunjuk


Tamparan keras ini

Tak sekeras masyarakat pinggiran

Yang terus menahan perut kosong membuta

Yang terus teraniaya dalam hidup

Benar-benar rasa

Meghujam keseluruh penjuru alam

Tanpa henti sedetik

Langkah menuju matinya nafas terpenggal

 

Forum masyarakat pinggiran

Tertampar keras ini

Adanya kemelaratan

Adanya ketidak adilan

Adanya kesewenang-wenangan

 Adanya diskriminasi

 Adanya beragam menyimpang

 Semua tertumpuk dalam pedih benak sanubari

FORUM MASYARAKAT PINGGIRAN

Oleh : Khoirul Taqwim

 

Tamparan keras ini

Tak sekeras halilintar kemarin

Yang membuat dinding rumah roboh

Yang membuat kampung mencekam


Tamparan keras ini

Bukti bahwa aku ada

Tentang rasa sakit ini

Tak sekeras sakitnya mereka

Mereka yang teraniaya sosial

Mereka yang kelaparan

Mereka yang yatim piatu

Tak punya bapak ibu

Jalan suram jadi kehidupannya

Iringi langkah sisa-sisa nafas nyawa

 

Tamparan keras ini

Tak sekeras masyarakat marginal

Tersingkir dari negeri sendiri

Mengemis dijalanan

Bertahan hidup

Kematian

Tinggal menghitung jari telunjuk


Tamparan keras ini

Tak sekeras masyarakat pinggiran

Yang terus menahan perut kosong membuta

Yang terus teraniaya dalam hidup

Benar-benar rasa

Meghujam keseluruh penjuru alam

Tanpa henti sedetik

Langkah menuju matinya nafas terpenggal

 

Forum masyarakat pinggiran

Tertampar keras ini

Adanya kemelaratan

Adanya ketidak adilan

Adanya kesewenang-wenangan

 Adanya diskriminasi

 Adanya beragam menyimpang

 Semua tertumpuk dalam pedih benak sanubari

PERSPEKTIF JARINGAN ISLAM TRADISIONAL TERHADAP LIBERALISME

Oleh : Khoirul Taqwim

 

Liberalisme merupakan produk yang berasal dari barat yang berusaha menutup kebebasan masyarakat pribumi, agar di dalam suatu wilayah tersebut dapat membuka diri sesuai dengan kepentingan masyarakat barat, tindakan ini bahkan mengarah keranah wilayah agama dan wilayah-wilayah sosial yang lain .

 

Gerakan liberalisasi mengusik agama ketika mereka menuduh aliran yang tidak sesuai dengan kepentingannya di anggap sebagai penghambat kemajuan oleh para kaum liberalis yang sering menyebut masyarakat tersebut dengan bahasa heterodoksi, bahasa heterodoksi dari kata Yunani “orthodoxos”. “Orthos” artinya lurus atau lempang. “Doxa” artinya pendapat atau dogma, sehingga heterodoksi adalah pendapat atau dogma “lain” (hetero) yang dianggap menyimpang dari ajaran yang benar atau ajaran tersebut tidak lurus (menyesatkan). Lawan dari heterodoksi adalah ortodoksi dan secara istilah ortodoksi adalah ajaran atau dogma yang benar.

 

Sebelum membahas lebih jauh tentang liberalisme, lebih dahulu kita pahami tentang Liberalisme yang berkaitan dengan kata Libertas (bhs. latin) yang artinya kebebasan, dan Liberalisme mencakup banyak aliran yang berbeda artinya di bidang politik, ekonomi dan keagamaan, yang berpangkal tolak pada kebebasan orang-perorangan terhadap kekuasaan , sedangkan menurut Owen Chadwik Kata “Liberal” secara harfiah artinya bebas (free) dan terbuka, artinya “bebas dari berbagai batasan” (free from restraint).

 

Lahirnya Liberalisme merupakan bentuk pembuktian siapa yang kuat mereka yang berkuasa, tentunya ini menyalahi dari kodrat manusia yang seharusnya mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Sampai sekarang komunitas Islam Liberal makin melebarkan sayapnya hingga ke perguruan-perguruan tinggi Islam di Indonesia. Dampak hadirnya Islam Liberal kita bisa lihat lewat peristiwa-peristiwa menyedihkan seperti penghinaan terhadap masyarakat yang berseberangan dengan pemikirannya dengan bahasa fundamentalis, konservatif , bahkan sering mengatakan tidak logis terhadap pemikiran yang tidak sejalan dengannya, tentu ini merupakan cermin kebebasan ala barat yang bertujuan pengaburan kebenaran.

 

Masyarakat tradisional yang masih mempercayai adanya kekuatan diluar manusia, dianggap ketinggalan zaman dan perlu dihakimi dengan simbol masyarakat yang tak waras atas konsep ilmiah, tentu ini menyalahi norma-norma dalam kehidupan masyarakat pribumi yang saat ini sebagian masyarakatnya masih ada yang mempercayai keberadaan mitologi. Penghakiman Liberalisme terhadap masyarakat tradisional merupakan bentuk penolakan terhadap ajaran masyarakat pribumi, Paham liberal selalu memakai kedok kebebasan, tetapi kebebasan yang diangkat Jaringan Islam Liberal cenderung mengarah westernisasi. Tujuan ini merupakan salah satu cara penjajahan tradisi yang berupaya memasukkan paham liberal dengan mengganti paham tradisional yang ada dalam kehidupan masyarakat pribumi.

 

Jaringan Islam Tradisional merupakan wadah yang lebih arif dalam menyikapi keberadaan masyarakat pribumi, kepercayaan apapun yang ada di tengah-tengah kehidupan masyarakat merupakan multi kultur dalam berpikir maupun mempercayai apa yang diyakini dalam jiwa dan pikiran, sebab manusia mempunyai perbedaan dan keberagaman dalam menyikapi permasalahan dalam meletakkan fondasi dasar yang tepat untuk kehidupannya.

 

Liberalisme yang digaungkan masyarakat teologi adalah salah satu pemikiran agama yang menekankan penyelidikan agama yang berlandaskan norma diluar otoritas tradisi. Liberalisme adalah keinginan untuk dibebaskan dari paksaan kontrol dari luar dan secara konsekwen bersangkutan dengan motivasi dari dalam diri manusia. Jadi liberalisme mengingkari adanya norma-norma tradisi yang lebih menekankan tepa selira (tenggang rasa), tetapi dengan adanya kebebasan individu maupun kelompok tentu akan melahirkan penjajahan yang bersifat hukum rimba (siapa yang kuat dia yang menang), sehingga Liberalisme yang dibawa Jaringan Islam Liberal cenderung mengarah westernisasi yang seolah-olah memberikan angin surga, padahal mereka ingin menjinakkan masyarakat pribumi, agar ekspansi masyarakat barat lebih mudah masuk dalam wilayah masyarakat yang masih memegang tradisi pribumi.

 

Sumber daya alam merupakan salah satu tujuan, dengan memberikan pemahaman liberalisme sudah dapat di pastikan kekayan alam dan tradisi akan hilang ditelan dogma liberalisasi, penjajahan liberalisme saat ini terus mengarah kewilayah budaya, bahkan teologi yang seharusnya sacral secara tradisi pribumi, sekarang mulai dihilangkan lewat jalur pembenaran diri lewat akal, padahal manusia mempunyai hati dan pikiran, jadi tataran agama tidak sekedar pikiran belaka, tetapi hati juga masuk dalam ranah religi, untuk itu pembenaran diri yang bersifat logika akal, belum tentu dapat diterima dalam logika jiwa.

 

C.G Jung pernah bertemu dengan masyarakat Indian, saat ditanya tentang logika, dia mengatakan hati adalah logikanya, jadi ada masyarakat yang lebih mempercayai jiwa dibanding akal, inilah keberagaman dalam kehidupan masyarakat yang seharusnya menjadi kekayaan pemikiran, bukan malah melakukan pembenaran diri yang menuduh kelompok tertentu yang tidak sesuai dengan pemikirannya dianggap konservatif, fundamentalis, heteredoksi maupun simbol-simbol lain yang bersifat negative.

 

Kelompok liberal sering mengatakan terjadinya perselisihan agama dan kemundurannya selalu dituduhkan kepada kelompok yang tidak sesuai dengan kepentingannya. Sebenarnya liberalisme merupakan paham kekuasaan yang mengarah ekspansi sosial, budaya, ekonomi, politik, agama maupun bidang-bidang lain yang dianggap mempunyai peran kekuasaan, dengan kedok-kedok seolah-olah pembebasan dari paham eksklusif (ketertutupan), padahal mereka sendiri yang terjebak dalam watak inheren dalam ortodoksi yang mengarah kepada “closure” dan “enclosure“, alias ketertutupan dan sekaligus juga penutupan diri, sebab mereka tidak mengakui adanya kebhinekaan (keberagaman) diluar dirinya, dan Kelompok-kelompok yang berpandangan di luar kerangka pemikiran liberalnya, mereka menganggap orang-orang demikian adalah heterodoks yang hanya mengikuti hawa nafsu mereka sendiri .

 

Liberalisme beranggapan mempunyai andil memperbaiki beberapa kekeliruan Konservativisme ekstrim, ia tidak memberi jalan keluar yang lebih baik, malah nafas kebebasan itu berangsur-angsur membawa manusia kepada peninggian diri dan akhirnya makin menafikan tradisi pribumi dalam bentuk Liberalisme yang makin ekstrim. Yang menjadi persoalan liberalisme ekstrim yang sudah mengarah keranah ekspansi dalam segala bidang, sehingga sudah dapat dipastikan penjajahan ala liberalisme lebih membahayakan dalam kehidupan bermasyarakat, sebab westernisasi dalam fakta sejarah Indonesia telah merenggut jutaan masyarakat pribumi dipaksa menghilangkan nafas (dibunuh), kurang lebih 350 tahun bangsa pribumi dijajah bangsa barat (belanda dan sekutunya).

 

Bila para kaum liberalis secara gamblang tampak ingin menghancurkan pilar-pilar kemanusiaan dalam peradaban pribumi, justru di sini para kaum tradisionlis ingin menyelamatkan agama, karena terbukti liberal bukanlah penawar yang tepat bagi kekerasan dalam beragama. dan Kaum tradisionalis juga yang lebih tepat sebagai altenatif  penawar terhadap pandangan kaum khilafah yang mengarah kegerakan ekstrimisme agama yang ingin memasukkan budaya timur tengah dengan jalan kekerasan atau jalan apapun yang bertentangan dengan idiologi kebangsaan masyarakat pribumi.

PERSPEKTIF JARINGAN ISLAM TRADISIONAL TERHADAP LIBERALISME

Oleh : Khoirul Taqwim

 

Liberalisme merupakan produk yang berasal dari barat yang berusaha menutup kebebasan masyarakat pribumi, agar di dalam suatu wilayah tersebut dapat membuka diri sesuai dengan kepentingan masyarakat barat, tindakan ini bahkan mengarah keranah wilayah agama dan wilayah-wilayah sosial yang lain .

 

Gerakan liberalisasi mengusik agama ketika mereka menuduh aliran yang tidak sesuai dengan kepentingannya di anggap sebagai penghambat kemajuan oleh para kaum liberalis yang sering menyebut masyarakat tersebut dengan bahasa heterodoksi, bahasa heterodoksi dari kata Yunani “orthodoxos”. “Orthos” artinya lurus atau lempang. “Doxa” artinya pendapat atau dogma, sehingga heterodoksi adalah pendapat atau dogma “lain” (hetero) yang dianggap menyimpang dari ajaran yang benar atau ajaran tersebut tidak lurus (menyesatkan). Lawan dari heterodoksi adalah ortodoksi dan secara istilah ortodoksi adalah ajaran atau dogma yang benar.

 

Sebelum membahas lebih jauh tentang liberalisme, lebih dahulu kita pahami tentang Liberalisme yang berkaitan dengan kata Libertas (bhs. latin) yang artinya kebebasan, dan Liberalisme mencakup banyak aliran yang berbeda artinya di bidang politik, ekonomi dan keagamaan, yang berpangkal tolak pada kebebasan orang-perorangan terhadap kekuasaan , sedangkan menurut Owen Chadwik Kata “Liberal” secara harfiah artinya bebas (free) dan terbuka, artinya “bebas dari berbagai batasan” (free from restraint).

 

Lahirnya Liberalisme merupakan bentuk pembuktian siapa yang kuat mereka yang berkuasa, tentunya ini menyalahi dari kodrat manusia yang seharusnya mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan. Sampai sekarang komunitas Islam Liberal makin melebarkan sayapnya hingga ke perguruan-perguruan tinggi Islam di Indonesia. Dampak hadirnya Islam Liberal kita bisa lihat lewat peristiwa-peristiwa menyedihkan seperti penghinaan terhadap masyarakat yang berseberangan dengan pemikirannya dengan bahasa fundamentalis, konservatif , bahkan sering mengatakan tidak logis terhadap pemikiran yang tidak sejalan dengannya, tentu ini merupakan cermin kebebasan ala barat yang bertujuan pengaburan kebenaran.

 

Masyarakat tradisional yang masih mempercayai adanya kekuatan diluar manusia, dianggap ketinggalan zaman dan perlu dihakimi dengan simbol masyarakat yang tak waras atas konsep ilmiah, tentu ini menyalahi norma-norma dalam kehidupan masyarakat pribumi yang saat ini sebagian masyarakatnya masih ada yang mempercayai keberadaan mitologi. Penghakiman Liberalisme terhadap masyarakat tradisional merupakan bentuk penolakan terhadap ajaran masyarakat pribumi, Paham liberal selalu memakai kedok kebebasan, tetapi kebebasan yang diangkat Jaringan Islam Liberal cenderung mengarah westernisasi. Tujuan ini merupakan salah satu cara penjajahan tradisi yang berupaya memasukkan paham liberal dengan mengganti paham tradisional yang ada dalam kehidupan masyarakat pribumi.

 

Jaringan Islam Tradisional merupakan wadah yang lebih arif dalam menyikapi keberadaan masyarakat pribumi, kepercayaan apapun yang ada di tengah-tengah kehidupan masyarakat merupakan multi kultur dalam berpikir maupun mempercayai apa yang diyakini dalam jiwa dan pikiran, sebab manusia mempunyai perbedaan dan keberagaman dalam menyikapi permasalahan dalam meletakkan fondasi dasar yang tepat untuk kehidupannya.

 

Liberalisme yang digaungkan masyarakat teologi adalah salah satu pemikiran agama yang menekankan penyelidikan agama yang berlandaskan norma diluar otoritas tradisi. Liberalisme adalah keinginan untuk dibebaskan dari paksaan kontrol dari luar dan secara konsekwen bersangkutan dengan motivasi dari dalam diri manusia. Jadi liberalisme mengingkari adanya norma-norma tradisi yang lebih menekankan tepa selira (tenggang rasa), tetapi dengan adanya kebebasan individu maupun kelompok tentu akan melahirkan penjajahan yang bersifat hukum rimba (siapa yang kuat dia yang menang), sehingga Liberalisme yang dibawa Jaringan Islam Liberal cenderung mengarah westernisasi yang seolah-olah memberikan angin surga, padahal mereka ingin menjinakkan masyarakat pribumi, agar ekspansi masyarakat barat lebih mudah masuk dalam wilayah masyarakat yang masih memegang tradisi pribumi.

 

Sumber daya alam merupakan salah satu tujuan, dengan memberikan pemahaman liberalisme sudah dapat di pastikan kekayan alam dan tradisi akan hilang ditelan dogma liberalisasi, penjajahan liberalisme saat ini terus mengarah kewilayah budaya, bahkan teologi yang seharusnya sacral secara tradisi pribumi, sekarang mulai dihilangkan lewat jalur pembenaran diri lewat akal, padahal manusia mempunyai hati dan pikiran, jadi tataran agama tidak sekedar pikiran belaka, tetapi hati juga masuk dalam ranah religi, untuk itu pembenaran diri yang bersifat logika akal, belum tentu dapat diterima dalam logika jiwa.

 

C.G Jung pernah bertemu dengan masyarakat Indian, saat ditanya tentang logika, dia mengatakan hati adalah logikanya, jadi ada masyarakat yang lebih mempercayai jiwa dibanding akal, inilah keberagaman dalam kehidupan masyarakat yang seharusnya menjadi kekayaan pemikiran, bukan malah melakukan pembenaran diri yang menuduh kelompok tertentu yang tidak sesuai dengan pemikirannya dianggap konservatif, fundamentalis, heteredoksi maupun simbol-simbol lain yang bersifat negative.

 

Kelompok liberal sering mengatakan terjadinya perselisihan agama dan kemundurannya selalu dituduhkan kepada kelompok yang tidak sesuai dengan kepentingannya. Sebenarnya liberalisme merupakan paham kekuasaan yang mengarah ekspansi sosial, budaya, ekonomi, politik, agama maupun bidang-bidang lain yang dianggap mempunyai peran kekuasaan, dengan kedok-kedok seolah-olah pembebasan dari paham eksklusif (ketertutupan), padahal mereka sendiri yang terjebak dalam watak inheren dalam ortodoksi yang mengarah kepada “closure” dan “enclosure“, alias ketertutupan dan sekaligus juga penutupan diri, sebab mereka tidak mengakui adanya kebhinekaan (keberagaman) diluar dirinya, dan Kelompok-kelompok yang berpandangan di luar kerangka pemikiran liberalnya, mereka menganggap orang-orang demikian adalah heterodoks yang hanya mengikuti hawa nafsu mereka sendiri .

 

Liberalisme beranggapan mempunyai andil memperbaiki beberapa kekeliruan Konservativisme ekstrim, ia tidak memberi jalan keluar yang lebih baik, malah nafas kebebasan itu berangsur-angsur membawa manusia kepada peninggian diri dan akhirnya makin menafikan tradisi pribumi dalam bentuk Liberalisme yang makin ekstrim. Yang menjadi persoalan liberalisme ekstrim yang sudah mengarah keranah ekspansi dalam segala bidang, sehingga sudah dapat dipastikan penjajahan ala liberalisme lebih membahayakan dalam kehidupan bermasyarakat, sebab westernisasi dalam fakta sejarah Indonesia telah merenggut jutaan masyarakat pribumi dipaksa menghilangkan nafas (dibunuh), kurang lebih 350 tahun bangsa pribumi dijajah bangsa barat (belanda dan sekutunya).

 

Bila para kaum liberalis secara gamblang tampak ingin menghancurkan pilar-pilar kemanusiaan dalam peradaban pribumi, justru di sini para kaum tradisionlis ingin menyelamatkan agama, karena terbukti liberal bukanlah penawar yang tepat bagi kekerasan dalam beragama. dan Kaum tradisionalis juga yang lebih tepat sebagai altenatif  penawar terhadap pandangan kaum khilafah yang mengarah kegerakan ekstrimisme agama yang ingin memasukkan budaya timur tengah dengan jalan kekerasan atau jalan apapun yang bertentangan dengan idiologi kebangsaan masyarakat pribumi.