Saturday, 20 February 2010

HUJAN AIR MATA

Oleh: Khoirul Taqwim

 

Hari ini hujan air mata di pipiku tak kunjung usai

Tak terasa sudah genangi basah jalanan jiwa

Tergores bahasa putus dari mulut kecilmu

Alunan suara senandung lelah tak kunjung usai

Celah-celah hati ingin di masuki sebisa hembusan angin robohkan hijau dedaunan

 

Cinta hati rasaku pupus sudah

Di telan angkuhnya sebatang kehidupan

Indahnya dalam imagiku terlintas mimpi buruk

Akhirnya nyata benar tiba kau harus hilang dalam hidupku

Pilihlah pujaan hati dinda

Bila engkau yakini kan bahagiakan nafasmu

 

Hujan air mata ini

Tak terbendung sudah

Bukan karena aku sedih atau bahagia

Tapi ini hanya sebatas bagian kehidupan manusia

Aku hanya sebatas kaki berjalan tinggal nahkoda kehidupan kemana kan bawa hidupku

 

Tangis bukan berarti kedukaan

Bukan pula senang dalam jiwa

Ini hanyalah alam diriku yang mencuat dalam genangan air mata

 

Terima kasih kuucap pada kata putus

Sudah lama mata tak tersiram air kaca jiwa

Hari ini sampai lusa air mata basahi sekujur tubuhku

MENUNGGU BELAHAN JIWA

Oleh: Khoirul Taqwim

 

Jiwaku terbelah dua

Hampa hati rasa

Bila belahan tak kunjung datang

Yang ada sebatas kata sedih luka lara

Di sekujur hati jiwa

 

Belahan jiwa

Kutunggu dinda di samping rasa

Terbelah laksana petir menyambar

Indah pesona cahaya kilatnya

Sekaligus lengkapi rasa takutku

 

Lepaskan belahan jiwa

Berat terasa dalam hati

Bawa hati sedih menggigil

Walau udara tak dingin kala hujan turun

Embun sambut dinding sepi rasa jiwa

 

Menunggu belahan jiwa

Hingga rambut memutih

Ketulusan cinta hati

Hinggapi rasa dalam peluk kesah

Ruh hirup udara bahagia

Jasad bersenandung gembira

Walau hadirmu tak kunjung jua

Hati ini tetap bahagia

Di atas air mata duka

Bahagia duka jadi Satu

Tumbuh subur dalam benak terdalam