Sunday, 16 September 2012

Kebangkitan Islam Tradisional di Tanah Jawa



Islam tradisional berkembang sejalan dengan paradigma pemikiran masyarakat setempat. Sehingga masyarakat setempat dalam memahami tentang ke-Islaman begitu cepat menerima dan memahaminya. Mengingat Islam tradisional lebih elegan dalam memasuki ranah budaya maupun tradisi masyarakat secara universal, untuk memberi sebuah pemahaman tentang paradigma ke-Islaman secara kaffah.

Tanah Jawa merupakan sebuah peradaban agung dikawasan asia tenggara. Bahkan tanah Jawa merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan dibumi nusantara. Sehingga wajar tanah Jawa mempunyai peran penting dalam membangun sebuah negara yang bernama bangsa Indonesia. Mengingat lahirnya bangsa Indonesia tak lepas dari tanah Jawa sebagai tempat memproklamirkan kemerdekaan bangsa tersebut.

Lebih jauh lagi, ternyata tanah Jawa sebagian dari masyarakat ada yang menganggap sebagai kunci negara Indonesia. Sehingga ketika tanah Jawa dikuasi oleh pemberontak atau bangsa asing, berarti mereka telah menguasai bangsa Indonesia. Karena tanah Jawa salah satu kunci keberadaan negara Indonesia.

Islam masuk ditanah Jawa tak lepas dari peran para wali, dan masyarakat lebih mengenal dengan istilah wali songo (sembilan) sebagai penyebar agama Islam ditanah Jawa.

Keberadaan wali songo (sembilan) merupakan cikal bakal dakwah Islam. Sehingga dengan dakwah para wali, ternyata Islam dapat berkembang pesat dari pelosok kampung sampai penjuru pusat kota ditanah Jawa. Karena kepandaian wali Songo (sembilan) dalam memberi sebuah wejangan dakwah tentang ke-Islaman yang dapat diterima dengan baik oleh masyarkat secara luas diberbagai wilayah tanah Jawa..

Keberadaan wali songo (sembilan) merupakan sang pendakwah dengan menyebarkan ajaran Islam secara universal dalam kehidupan masyarakat secara luas. Bahkan wali songo (sembilan) salah satu ruh kebangkitan Islam tradisional dimasa kini, untuk menghadapi tantangan zaman yang semakin mengglobal dan menantang.

Kebangkitan Islam tradisional ditanah Jawa, sebelum kemerdekaan bangsa Indonesia cenderung mengarah dalam sebuah gerakan melawan para penjajah. Sehingga diera pra kemerdekaan bangsa Indonesia, berbagai kalangan masyarakat bergejolak melakukan berbagai gerakan dengan melawan segenap tumpah darah dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Setelah kemerdekaan bangsa Indonesia, masyarakat Islam tradisional mulai membangun berbagai pendidikan dipenjuru tanah Jawa. Sehingga wajar tanah Jawa merupakan tempat mencari ilmu bagi para pelajar dari berbagai penjuru wilayah nusantara. Bahkan sebagian palajar dari belahan jagat raya juga ikut belajar dalam mengenyam pendidikan ditanah Jawa.

Kebangkitan Islam tradisional ditanah Jawa, lebih menekankan dalam aspek pendidikan dalam membangun masyarakat Islam yang berwawasan luas. Namun tidak meninggalkan jati diri sebagai masyakat pribumi, untuk menghargai berbagai budaya maupun tradisi ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Mengingat budaya maupun tradisi merupakan kearifan lokal yang perlu dihargai dan dihormati keberadaannya.

Membangun Islam tradisional diera pasca reformasi saat ini, tentu membutuhkan sebuah strategi perubahan secara radikal ditengah-tengah masyarakat, apalagi zaman sudah mulai terbuka dengan istilah tehnologi yang semakin cepat menggurita. Sehingga diperlukan sebuah ketahanan mental maupun spiritual dalam menghadapi keberagaman persoalan tentang kehidupan.

Menuju kebangkitan Islam tradisional ditanah Jawa membutuhkan berbagai aspek penunjang, untuk melakukan sebuah rekonstruksi total, tentu tak lepas dari peran masyarakat secara luas dalam membangun sosial, budaya, ekonomi, politik, tehnologi dan berbagai macam Aspek-aspek lainnya, agar Islam tradisional mampu berkembang pesat ditanah Jawa, dan tanah Jawa mampu terus menerus sebagai pusat peradaban dibelahan bumi jagat raya.

Semoga Allah SWT memberi rahmat dan berkah kepada umat muslim ditanah Jawa, Amiin.........

Salam dari kami
Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........

Masyarakat Pribumi Lebih Berhak Menjadi "Pemimpin DKI Jakarta".



Menentukan pemimpin di DKI Jakarta sangat dibutuhkan bibit unggul sebagai pemimpin daerah dalam mengemban amanah sebagai seorang pemimpin, berangkat dari sinilah diperlukan sebuah pemikiran yang mendalam, agar tejadi keseimbangan dalam kehidupan ditengah-tengah masyarakat dalam menentukan seorang pemimpin disuatu daerah.

Keberadaan masyarakat pribumi semakin tergerus arus demokrasi yang kebablasan. Mengingat sebuah pemimpin disuatu daerah sudah semestinya dipimpin anak terbaik dari daerah yang akan berlaga diajang pertarungan pilkada, tetapi diera demokrasi yang kebablasan banyak pemimpin loncat dari sana-kemari, untuk mencari tempat strategis dengan tujuan membuang hajat nafsu memperoleh kekuasaan sesaat.

Dengan loncat dari daerah kedaerah lain dengan ambisi menjadi penguasa daerah yang lebih strategis, tentu merupakan sebuah dilematis yang mewarnai di pilkada DKI Jakarta. Mengingat dalam sebuah tatanan demokrasi sudah semestinya menyelesaikan amanah didaerah yang menjadi tanggung jawab seorang pemimpin terlebih dahulu, sebelum maju sebagai calon pemimpin didaerah lain.

Menyelesaikan masa tugas disuatu daerah sudah menjadi tanggung jawab seorang pemimpin dikala mendapatkan amanah dari masyarakat pemilih, tetapi malah meninggalkan daerah yang belum selesai masa tugasnya, berarti telah terjadi sebuah pengingkaran terhadap masyarakat dalam menjalankan amanah dari para pemilih.

Seperti: pemimpin Solo loncat dalam pilkada DKI Jakarta, padahal belum menyelesaikan masa bakti di Solo, berarti sama dengan lari dari tanggung jawab sebagai seorang pemimpin. Bahkan lebih jauh lagi, ternyata pemimpin Solo yang mencalonkan di pilkada DKI Jakarta belum melakukan sebuah pengunduran diri sebagai pemimpin di daerah tersebut.

Masyarakat pribumi disuatu daerah jangan sampai dihilangkan dalam peta politis diajang pilkada, tentu masyarakat pribumi bukan hanya sebatas pemilih belaka. Namun sudah waktunya masyarakat pribumi menjadi pemimpin didaerahnya sendiri.

Lebih ironis lagi, apabila disuatu daerah dipimpin bukan warga pribumi, tetapi malah warga asing, seperti Cina atau bangsa lain, tentu sangat menyalahi tatanan dalam kehidupan yang berpangkal pada kearifan lokal. Bahkan dapat dibilang sebuah bentuk imperialisme baru diera pasca reformasi dengan berkedok demokrasi, padahal semua itu merupakan sebuah bentuk demokrasi yang penuh kompromi kebohongan.

Pilkada DKI Jakarta sudah waktunya masyarakat pribumi berani bicara atas nama masyarakat setempat, agar mendapatkan seorang pemimpin dari daerahnya sendiri, agar terjadi sebuah keseimbangan di alam demokrasi yang lebih punya nilai positif dalam membangun masyarakat secara universal.

Semoga masyarakat DKI Jakarta mendapatkan kebahagiaan dalam mencari pemimpin diajang pilkada putaran kedua nanti, Amiin.......

Salam dari kami
Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........

Pilkada DKI Jakarta: Pemilih Iman Vs Pemilih Rasional




Pemilih iman dalam pilkada DKI Jakarta lebih mengedepankan sebuah pilihan dengan berlandaskan agama sebagai acuan dalam memilih, agar dalam memilih mendapatkan barokah dan rahmat dalam kehidupan didunia maupun diakhirat kelak.

Sedangkan pemilih rasional dalam pilkada DKI Jakarta lebih mengedepankan akal sesaat dalam memilih sebuah pilihan. Sehingga pemilih rasional cenderung mengarah dalam pilihan dengan bentuk hitungan yang bersifat materi belaka, tetapi jauh dari paradigma pemikiran yang bersifat naluri hati yang paling dalam.

Pertarungan pilkada DKI Jakarta antara pemilih iman dengan pemilih rasional cenderung mengalami sebuah perbedaan nilai. Mengingat pemilih rasional yang cenderung mengarah dalam pola pikir materi belaka, dan jauh dari pola pikir secara spiritual dalam memberikan sebuah pilihan.

Pemilih rasional lebih mengedepankan pilihan secara duniawi belaka, tetapi tidak memperhatikan pilihan secara hati nurani. Sehingga pemilih rasional dalam pilkada DKI Jakarta cenderung sebatas memilih yang bersifat duniawi belaka, dan tidak melihat aspek Ilahiyah.

Dengan demikian perlu ada sebuah pikiran yang cerdas dalam menentukan sebuah pilihan dalam pilkada DKI Jakarta, tentu memilih secara benar dalam ajaran agama Islam yang mengajarkan memilih pemimpin yang seiman. Inilah sebuah pilihan tepat bagi pemilih secara iman, bukan hanya melihat sisi keduniawian belaka yang cenderung bersifat rasional semata.

Islam mengajarkan dalam memilih pemimpin DKI Jakarta dengan cara menekankan pilihan secara lahiriyah maupun batiniyah, tentu jauh dari sifat rasional yang cenderung mengarah keduniawian belaka, agar dalam memilih pemimpin tercatat nilai ibadah yang bersifat kesucian.

Nah! memilih dengan iman kepada Allah SWT. inilah salah satu cara yang tepat dalam memilih pemimpin di pilkada DKI Jakarta, agar tercipta kemaslahatan didunia maupun diakhirat kelak. Karena memilih pemimpin merupakan pertanggung jawaban para pemilih, bukan hanya dalam bentuk pertanggung jawaban didunia semata. Namun, diakhirat kelak dipertanggung jawabkan pilihan para pemilih dalam memilih pemimpin yang sesuai dengan keimanan pemilih.

Semoga Allah SWT mencatat amal ibadah bagi warga Jakarta dalam memilih pemimpin di DKI Jakarta, Amiin………

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........

Kebangkitan Islam Tradisional di Tanah Jawa



Islam tradisional berkembang sejalan dengan paradigma pemikiran masyarakat setempat. Sehingga masyarakat setempat dalam memahami tentang ke-Islaman begitu cepat menerima dan memahaminya. Mengingat Islam tradisional lebih elegan dalam memasuki ranah budaya maupun tradisi masyarakat secara universal, untuk memberi sebuah pemahaman tentang paradigma ke-Islaman secara kaffah.

Tanah Jawa merupakan sebuah peradaban agung dikawasan asia tenggara. Bahkan tanah Jawa merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan dibumi nusantara. Sehingga wajar tanah Jawa mempunyai peran penting dalam membangun sebuah negara yang bernama bangsa Indonesia. Mengingat lahirnya bangsa Indonesia tak lepas dari tanah Jawa sebagai tempat memproklamirkan kemerdekaan bangsa tersebut.

Lebih jauh lagi, ternyata tanah Jawa sebagian dari masyarakat ada yang menganggap sebagai kunci negara Indonesia. Sehingga ketika tanah Jawa dikuasi oleh pemberontak atau bangsa asing, berarti mereka telah menguasai bangsa Indonesia. Karena tanah Jawa salah satu kunci keberadaan negara Indonesia.

Islam masuk ditanah Jawa tak lepas dari peran para wali, dan masyarakat lebih mengenal dengan istilah wali songo (sembilan) sebagai penyebar agama Islam ditanah Jawa.

Keberadaan wali songo (sembilan) merupakan cikal bakal dakwah Islam. Sehingga dengan dakwah para wali, ternyata Islam dapat berkembang pesat dari pelosok kampung sampai penjuru pusat kota ditanah Jawa. Karena kepandaian wali Songo (sembilan) dalam memberi sebuah wejangan dakwah tentang ke-Islaman yang dapat diterima dengan baik oleh masyarkat secara luas diberbagai wilayah tanah Jawa..

Keberadaan wali songo (sembilan) merupakan sang pendakwah dengan menyebarkan ajaran Islam secara universal dalam kehidupan masyarakat secara luas. Bahkan wali songo (sembilan) salah satu ruh kebangkitan Islam tradisional dimasa kini, untuk menghadapi tantangan zaman yang semakin mengglobal dan menantang.

Kebangkitan Islam tradisional ditanah Jawa, sebelum kemerdekaan bangsa Indonesia cenderung mengarah dalam sebuah gerakan melawan para penjajah. Sehingga diera pra kemerdekaan bangsa Indonesia, berbagai kalangan masyarakat bergejolak melakukan berbagai gerakan dengan melawan segenap tumpah darah dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Setelah kemerdekaan bangsa Indonesia, masyarakat Islam tradisional mulai membangun berbagai pendidikan dipenjuru tanah Jawa. Sehingga wajar tanah Jawa merupakan tempat mencari ilmu bagi para pelajar dari berbagai penjuru wilayah nusantara. Bahkan sebagian palajar dari belahan jagat raya juga ikut belajar dalam mengenyam pendidikan ditanah Jawa.

Kebangkitan Islam tradisional ditanah Jawa, lebih menekankan dalam aspek pendidikan dalam membangun masyarakat Islam yang berwawasan luas. Namun tidak meninggalkan jati diri sebagai masyakat pribumi, untuk menghargai berbagai budaya maupun tradisi ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Mengingat budaya maupun tradisi merupakan kearifan lokal yang perlu dihargai dan dihormati keberadaannya.

Membangun Islam tradisional diera pasca reformasi saat ini, tentu membutuhkan sebuah strategi perubahan secara radikal ditengah-tengah masyarakat, apalagi zaman sudah mulai terbuka dengan istilah tehnologi yang semakin cepat menggurita. Sehingga diperlukan sebuah ketahanan mental maupun spiritual dalam menghadapi keberagaman persoalan tentang kehidupan.

Menuju kebangkitan Islam tradisional ditanah Jawa membutuhkan berbagai aspek penunjang, untuk melakukan sebuah rekonstruksi total, tentu tak lepas dari peran masyarakat secara luas dalam membangun sosial, budaya, ekonomi, politik, tehnologi dan berbagai macam Aspek-aspek lainnya, agar Islam tradisional mampu berkembang pesat ditanah Jawa, dan tanah Jawa mampu terus menerus sebagai pusat peradaban dibelahan bumi jagat raya.

Semoga Allah SWT memberi rahmat dan berkah kepada umat muslim ditanah Jawa, Amiin.........

Salam dari kami
Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........