Friday, 2 March 2012

Menangis, Menjerit, Bersedih TimNas di bantai 10-0 Tanpa Balas


Demam sepak bola mulai senyap perlahan disaat TimNas dibantai Bahrain 10-0 tanpa balas, menangis serentak para pecinta sepak bola atas kekalahan tim kesayangannya. Sungguh ini tamparan keras bagi para penggila bola Indonesia. Bahkan antara percaya dan tidak percaya, sehingga memunculkan sebuah pertanyaan, benarkah TimNas Indonesia dibantai 10-0? Kalau itu benar, terasa hati ini menjerit sekuat mungkin sebagai bentuk ketidak-puasan, tetapi apalah daya nasi sudah menjadi bubur, biarlah hari ini kalah, tetapi hari esok TimNas harus bangkit tegak tanpa ragu. Inilah harapan dari para pecinta sepak bola Indonesia.

Kegagalan TimNas Indonesia diajang Kualifikasi Pra-Piala Dunia 2014 dapat dijadikan pelajaran berharga bagi para pemain, agar TimNas kedepan mampu bangkit sebagai raja asia dalam dunia sepak bola, tentu dengan catatan TimNas harus lebih giat lagi berlatih, disiplin dan terus melakukan kegiatan positif demi kemajuan sepak bola Indonesia.

Lembaga PSSI sebagai wadah pemersatu dan pengelola sepak bola Indonesia, sudah semestinya melakukan pembinaan bibit unggul para pemain sepak bola muda, agar kedepan sepak bola Indonesia dapat lebih baik dibanding saat ini. Mengingat kekalahan TimNas Indonesia dengan skors 10-0 merupakan sejarah terburuk TimNas Indonesia dalam berlaga di level Internasional.

Kekalahan TimNas Indonesia dengan skors 10-0. Sungguh menyakitkan para pecinta sepak bola Indonesia, tetapi bagaimanapun juga, bahwa kekalahan tersebut dapat dijadikan sebuah makna pelajaran berharga, agar TimNas kedepan lebih baik dibanding saat ini, tentu semua melalui pembinaan dari PSSI sebagai wadah tertinggi dalam mengelola sepak bola Indonesia menuju lebih baik.

Memang harus diakui saat ini sepak bola Indonesia sedang mengalami upaya perubahan. Sehingga wajar PSSI masih dalam tahap menata sepak bola. Mengingat sepak bola Indonesia terpecah menjadi dua liga besar dengan sebutan ISL dan IPL. Perpecahan ini tentu sangat berpengaruh dalam membina sepak bola di Indonesia. Karena itu PSSI harus secepat mungkin menata liga sepak bola di bumi nusantara, agar tidak terjadi dualisme dalam kompetisi. Nah! ketegasan, keberanian dalam mengambil sikap PSSI sangat ditunggu, agar terjadi kompetisi di liga Indonesia yang sehat dan saling menjaga kebersamaan. Mengingat IPL dan ISL merupakan saudara sebangsa dan setanah air.

Keberadaan lembaga PSSI terus di hadapkan sejumlah persoalan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Lepas dari permasalahan itu, tentu PSSI harus tetap membangun sepak bola Indonesia, agar mampu sejajar dilevel Asia. Bahkan harapan kedepan dari para pecinta sepak bola, agar TimNas mampu berbicara di ajang piala dunia. Inilah harapan besar dan tanggung jawab PSSI dalam membangun sepak bola Indonesia menuju lebih maju. Semoga kekalahan TimNas dengan skors 10-0 dapat melecut semangat para pemain lebih baik dalam menatap sepak bola Indonesia. Amiin.

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........
......... ....

Subhanallah, Menyegarkan Lembaga STAN


Memahami dengan cermat sebuah pemberitaan diberbagai media massa atas kasus tindak korupsi Gayus dan Dhana, telah membuat kecewa masyarakat kepada lembaga STAN yang diharapkan mampu sebagai pejuang melawan kebobrokan birokrasi pemerintahan, tetapi ternyata sebagian Alumnus STAN malah tersangka kasus besar yang menghebohkan alam nusantara Indonesia. Sehingga dengan akbiat ulah oknum Alumnus lembaga kampus STAN membuat citra buruk departemen pemerintahan saat ini.

Kalau Kampus STAN sebagai salah satu pendidikan bagi para pelajar gratis, sudah semestinya disaat lulus dan menjadi PNS kejujuran dan amanah harus diletakkan dalam dada dan dijalankan sesuai dengan Nilai-nilai kemanusiaan, tentu tidak sebatas modal sebuah kecerdasan dan intelektual tinggi dalam bekerja, tetapi kejujuran dan amanah inilah yang harus dipegang dari para Alumnus STAN dalam menjalankan tugas sebagai pengabdi ditengah-tengah kehidupan masyarakat pada umumnya.

Dengan muncul kasus besar Gayus dan Gayus jilid 2 dalam melakukan tindak penyimpangan, sudah semestinya muncul sebuah pertanyaan. Masih adakah Alumnus STAN Yang jujur dan Amanah? pertanyaan sederhana ini yang bisa menjawab, tentu para Alumnus STAN itu sendiri. Karena mereka yang paham betul tentang dirinya dalam bekerja dilembaga birokrasi negara. Mengingat kasus tindak korupsi di negeri ini sudah menjadi penyakit kronis dalam tubuh bangsa Indonesia.

Muncul lagi sebuah pertanyaan yang tak terduga. Lebih banyak mana Alumnus STAN yang melakukan tindak korupsi dengan tidak melakukan penyimpangan dalam bekerja? Nah! ini perlu ada sebuah perenungan bagi Alumnus STAN. Apakah dalam bekerja dia benar sudah sesuai dengan kejujuran dan amanah atau malah mereka melakukan tindak penyimpangan pada saat menjalankan sebuah tugas pekerjaan di birokrasi pemerintahan? Para Alumnus STAN yang tertangkap dalam tindak penyimpangan masih dalam hitungan satu dan dua orang, tetapi tidak menutup kemungkinan masih banyak mereka yang belum tertangkap dalam melakukan sebuah penyimpangan. Mengingat korupsi jaringan di lembaga pemerintahan sudah begitu parah dan penyakit tindak penyimpangan sudah menyebar menjadi penyakit kanker yang sangat mematikan.

Penyimpangan di Indonesia sebagian besar tidak hanya sebatas gerak individu. Namun sudah mewabah dan bukan menjadi rahasia umum, bahwa mereka melakukan tindak penyimpangan secara berjama'ah dalam suatu lembaga kenegaraan. Inilah penyakit birokrasi pemerintahan di Indonesia yang harus segera dibersihkan, apabila bangsa Indonesia tetap ingin tegak berdiri sebagai negara yang berwibawa dalam menegakkan hukum dan keadilan.

Harapan besar masyarakat terhadap lembaga STAN saat ini. Bahwa lembaga STAN harus mengajarkan tentang makna kejujuran dan amanah kepada para mahasiswa dalam menjalankan sebuah tugas kenegaraan, agar kedepan lembaga STAN tidak menelurkan kembali para Alumnus penyimpang tindak korupsi, seperti para pendahulu mereka dengan nama Gayus, Gayus jilid 2 dan jangan sampai lagi terjadi gayus jilid empat, lima, enam dan seterusnya. Dan Semoga lembaga STAN tidak menelurkan kembali para koruptor sekelas Gayus dan para Gayus lainnya. Amiin...

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........
......... ....

Sungguh Indah "Indonesia Tanpa Kampus".


Mari segenap tumpah darah masyarakat bangsa Indonesia dengan serentak mengheningkan cipta, rasa atas tragedi produk kampus gagal. Karena kampus telah menghasilkan para oknum dengan pandai menilep uang negara, padahal kampus diharapkan sebagai wadah perlawanan terhadap segala bentuk penyimpangan di bumi nusantara Indonesia.

Nah! kalau kondisi kampus terus dibiarkan tanpa di kritisi sedikitpun, tentu kampus akan berjalan sendiri tanpa perhatian masyarakat. Sehingga kontrol dari masyarakat dan para pengamat pendidikan di Indonesia sangat diperlukan sebagai bentuk membangun kampus yang lebih beradab dan jauh dari tindak segala penyimpangan.

Keberadaan kampus di bumi nusantara Indonesia mulai beberapa hari ini digegerkan atas dugaan para alumnus kampus yang terlibat dalam bentuk penyimpangan. Sungguh ini merupakan peristiwa yang sangat mengharukan bagi dunia kampus Indonesia. Mengingat kampus merupakan wadah menimba ilmu tidak sekedar permasalahan keahlian, tetapi kampus sudah semestinya mengajarkan tentang kejujuran dan bentuk moral lainnya. Namun sayang sebagian besar mafia yang terlibat dalam hal penyimpangan uang negara di dominasi dari para alumnus lembaga kampus di Indonesia.

Sungguh ironis kampus Indonesia sebagian telah menghasilkan para alumnus penghisap uang negara. Sehingga merugikan masyarakat bangsa Indonesia, kalau ini terus dibiarkan dalam tubuh sebuah bangsa, kemungkinan besar eksistensi bangsa akan lenyap ditelan masa tua, tentu ini merupakan peristiwa yang sangat memperihatinkan.

Situasi dan kondisi ini tidak boleh di biarkan terus menerus, apalagi diwariskan dari generasi kegenerasi. Karena, apabila tindak penyimpangan terhadap uang negara ini terus berlanjut, berarti kampus telah gagal menghasilkan alumnus yang selaras dengan hati masyarakat bangsa Indonesia.

Para petinggi bangsa Indonesia sebagian besar pernah mengenyam dunia kampus, tetapi sayang di antara mereka ada yang terlibat masalah korupsi dan kolusi, padahal para penyimpang uang negara itu produk kampus yang katanya putra terbaik bangsa Indonesia, tetapi dari mereka telah kehilangan mental kejujuran dan amanah dalam mengemban sebuah tugas kenegaraan.

Ironis memang lembaga kampus Indonesia yang sudah seharusnya mengajarkan sebuah nilai kejujuran dan amanah, tetapi dilapangan banyak alumnus kampus lebih jahat dibanding mereka yang tidak pernah mengenyam bangku kampus. Inilah tanda sebuah lembaga kampus yang dibangun dari keringat anak bangsa telah kehilangan ruh kemanusiaan, tetapi yang ada hanya sebatas kepentingan nafsu keserakahan, tentu dengan melihat kenyataan ini membuat pilu hati masyarakat bangsa Indonesia.

Melihat dari tulisan sederhana diatas, muncul sebuah pertanyaan dari hati yang paling dalam. Apakah benar manusia semakin bersekolah tinggi, maka mereka semakin jahat? Nah! inilah suatu pertanyaan sederhana yang terus menghinggapi dunia kampus saat ini. Karena kampus dengan gedung dari hasil keringat masyarakat yang sudah semestinya, untuk kepentingan masyarakat pada umumnya, tetapi malah menghasilkan produk korup yang jauh dari Nilai-nilai kemanusiaan.

Kemudian muncul sebuah pertanyaan lagi. Apakah ada yang salah dari materi kampus yang diajarkan? Kampus selalu mengajarkan sebatas materi perkuliahan, tetapi tidak pernah mengajarkan materi tentang makna sebuah kehidupan sesungguhnya. Sehingga disaat para alumnus keluar dari dunia kampus dan masuk dalam wilayah birokrasi negara. Para alumnus kampus belum siap mental kejujuran dan amanah saat ada uang pelicin. Nah! dari sinilah sudah ditebak, dengan membawa mental kejujuran dan amanah yang belum siap, mereka melakukan tindak makan uang haram secara individu maupun berjama'ah. Sehingga dalam mental mereka terdapat sebuah slogan "cara singkat kaya, tanpa kerja susah".

Nah! dengan melihat kondisi alumnus yang belum siap mental kejujuran dan amanah. Maka runtuhlah segala moral para alumnus kampus. Sehingga yang ada sebuah bentuk kegagalan lembaga kampus dalam mencetak generasi yang sanggup memegang amanah dan jujur dalam bekerja. Inilah catatan penting buat kampus di seluruh tanah air Indonesia, untuk terus mengajarkan sebuah makna kejujuran dan amanah dalam mengemban sebuah tugas, tidak hanya sebatas materi perkuliahan, tetapi tunjukkan pada mahasiswa, bahwa kejujuran dan amanah harus sejalan dengan kehidupan, bukan sebatas hitungan materi kuliah dan nilai yang bersumber pada Angka-angka.

Nah! kalau kampus tetap gagal mencetak manusia dengan tindak kejujuran dan amanah, maka bangsa Indonesia sungguh indah dikembalikan pada habitatnya semula, tentu dengan slogan sungguh indah "Indonesia tanpa kampus". Inilah slogan sederhana sebagai kritik konstruktif terhadap Kampus-kampus di Indonesia. Dan Allah maha bijaksana.

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........
......... ....

Masya Allah, Gayus dan Dhana Itu Alumnus STAN


Sejenak bumi pertiwi mengalirkan air mata deras dengan melihat kumpulan PNS melakukan tindakan yang sudah tidak semestinya dilakukan, apalagi mereka alumnus dari perguruan tinggi gratis dengan dana keringat masyarakat bangsa Indonesia, tetapi ternyata mereka diduga telah melakukan penyimpangan yang sudah selayaknya tidak pantas dilakukan. Karena mereka sebagai abdi negara (pelayan masyarakat).

Menangislah bumi pertiwi dimalam kelam ini. Sungguh tindakan kedua PNS ini sangat merugikan hasil keringat mayarakat, apabila dugaan korupsi memang betul telah dilakukan Gayus jilid dua atas tindak sebuah penyimpangan uang negara. Sehingga masyarakat sangat dirugikan dengan keberadaan model PNS seperti ini.

Sebenarnya, rasa sakit masyarakat Indonesia atas kejadian tindak korupsi yang dilakukan alumnus STAN ini tidak sebatas masalah uang yang dikorup. Namun ada permasalahan yang lebih pahit lagi, tentu dampak penyimpangan alumnus STAN ini sangat melukai perasan masyarakat yang penuh harap terhadap kinerja para PNS, agar mengemban amanah dan tanggung jawab penuh dan bersih dari segala tindak korupsi secara individu maupun berjama'ah dalam bentuk apapun.

Melihat nama Gayus dan Dhana sebagai Alumnus STAN. Lalu muncul sebuah pertanyaan sederhana dari hati yang paling dalam. Kenapa Alumnus STAN dengan biaya pendidikan gratis tega melakukan tindak penyimpangan? padahal STAN merupakan sekolah gratis dari hasil keringat masyarakat tumpah ruah dalam membangun lembaga tersebut, tetapi kenapa mereka masih melakukan penyimpangan terkutuk tersebut? Mungkin karena faktor manusia yang punya penyakit lupa melupa. Namun yang perlu di ingat lepas dari penyakit lupa melupa, bahwa gayus jilid dua harus dibawa kejalur hukum, kalau memang dia salah telah melakukan penyimpangan. Maka hukum harus bertindak tegas dalam mengambil sikap, agar hukum Indonesia tetap berpihak kepada keadilan.

Kalau Alumnus STAN sering melakukan tindak tidak terpuji secara terus menerus. Sudah semestinya pemerintah mengambil sikap tegas terhadap lembaga STAN, untuk diperiksa apakah ada yang salah dilembaga ini. Apalagi katanya lembaga STAN merupakan tempat orang berbakat dan punya intelektual tinggi, tetapi kalau bakat dan inteletual tinggi digunakan untuk menilep uang negara. Maka sudah semestinya pemerintah mengambil sikap tegas terhadap kampus STAN yang dibangun dari keringat masyarakat.

Keberadaan STAN sebagai pendidikan gratis di Indonesia, dan tidak seperti pendidikan lain yang membayar dari uang kantong sendiri pada saat menempuh pendidikan di perguruan tinggi, tentu STAN merupakan lembaga paling dimanja pemerintah dibanding perguruan tinggi yang lain, tetapi hasil alumnusnya ternyata tidak sesuai dengan harapan. Mengingat alumnus dari kampus tersebut terus menerus melakukan tindak korupsi atau bentuk penyimpangan uang negara. Maka sudah semestinya pemerintah mengkaji ulang keberadaan kampus tersebut, Karena lembaga kampus STAN adalah pendidikan gratis yang diharapkan mampu mencetak bibit unggul dalam membangun sebuah bangsa, tetapi kalau malah membuat kekacauan dengan menilep uang negara. Maka sudah selayaknya mengkaji ulang keberadaan kampus STAN di negeri Indonesia. Karena kampus STAN sudah semestinya memberi suri tauladan positif terhadap kampus lain, tetapi bukan malah memberi suri tauladan cara menilep uang negara (Sungguh memperihatinkan). Dan Allah maha tahu segala.

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)..........
......... ...

Bola Liar BBM "Menampar Wajah Istana".



Berbicara masalah BBM memang tidak ada habisnya, karena BBM merupakan bahan pokok dalam kehidupan masyarakat, sehingga disaat pemerintah menaikkan harga BBM, tentu masyarakat akan terbebani dengan kenaikan harga tersebut. Padahal saat ini harga BBM belum naik, tetapi masih sebatas wacana dan rencana pemerintah menaikkan harga BBM. namun kenaikan harga yang lain sudah terasa disebabkan kampanye kenaikan BBM sudah menjadi bola liar di alam Indonesia.

Keberadaan Istana berperan penting dalam mengambil langkah menaikkan harga BBM, tetapi Istana nampak ragu antara maju atau mundur. Mengingat kondisi masyarakat yang semakin terbelenggu dengan daya beli rendah, namun harga barang pokok sudah merangkak naik disebabkan kampanye kenaikan harga BBM. Bahkan harga pokok sudah nampak mencekik masyarakat miskin, kalau ini dibiarkan terus terjadi dari hari kehari, kemungkinan besar kemiskinan akan terus bertambah, apalagi ditambah kenaikan BBM yang sebentar lagi disesuaikan dengan harga Internasional.

Sebenarnya, Gagasan Istana kalau dicerna secara Mentah-mentah ada bagusnya. karena harga BBM di Indonesia jauh di bawah harga standar Internasional. Nah! tetapi yang dilupakan Istana, bahwa masyarakat Indonesia dengan rata-rata penghasilan dibawah standar Internasional. Sehingga gagasan Istana menyetarakan harga BBM dengan harga setingkat Internasional sudah seharusnya di ikuti dengan penghasilan masyarakat sesuai dengan standart Internasional. karena di saat harga BBM sesuai dengan standart Internasional, tetapi gaji masyarakat per hari masih jauh dari taraf Internasional, tentu sudah dapat ditebak keseimbangan ekonomi tidak berjalan semestinya dalam kehidupan masyarakat.

Lalu muncul sebuah pertanyaan, kalau BBM naik apakah berdampak positif atau negatif ? Bagi masyarakat Istana dengan kenaikan BBM tidak menjadi suatu masalah, mengingat beliau disaat BBM naik, maka mereka akan diuntungkan dengan kenaikan BBM, sudah dipastikan lingkaran Istana akan Membagi-bagi keuntungan dari kenaikan BBM dengan cara menaikkan gaji lingkaran Istana secara formal maupun dengan cara membuat program baru atas nama kepentingan masyarakat pada umumnya. Bahkan gaji pegawai Istana (PNS) dari daerah sampai pusat akan naik disebabkan kenaikan harga BBM,

Nah! kalau dalam lingkaran Istana kemungkinan besar berdampak positif atas kenaikan BBM, tetapi bagi masyarakat kecil, seperti tukang becak, gelandangan, buruh pabrik, buruh tani, nelayan, pedagang kaki lima dan kaum marginal lainnya. Apakah mereka diuntungkan dengan kenaikan BBM? sudah jelas mereka sangat dirugikan, sebab dengan harga BBM dengan standar harga Internasional, tetapi tidak diikuti dengan pendapatan Internasional, tentu akan mengakibatkan ketimpangan sosial semakin melebar. Sehingga kalau kenaikan BBM ini di biarkan berjalan tanpa memperhatikan masyarakat kecil, kemungkinan besar masyarakat marginal di Indonesia semakin bertambah memprihatinkan kondisi masyarakat tersebut.

Masyarakat Istana sudah semestinya melihat wajah para tukang becak, gelandangan, kaum buruh dan kaum marginal lainnya, sebelum menaikkan harga BBM. Mengingat mereka tertawa hanya hiasan di bibir belaka, tetapi sebetulnya dalam hati mereka ada pemberontakan terhadap lingkaran Istana, apabila Istana berlanjut membuat kebijakan sepihak. Karena mereka merasa, bahwa ketidak-adilan telah merajalela, mereka tahu dan tidak tuli, jangan di anggap diam mereka adalah sebuah kebodohan, tetapi diam mereka menyulut sebuah makna perubahan disaat mereka sudah tidak tahan dengan wajah Istana yang penuh dengan kebohongan. Maka istilah revolusi sama sekali tidak menutup kemungkinan, kalau ketidak-adilan terus berlanjut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Keberadaan BBM sudah menjadi bola liar tanpa tuan. Nah! inilah merupakan salah satu tanggung jawab Istana dalam mengambil bola liar tersebut, agar kenaikan BBM tidak membebani masyarakat kecil. Karena disaat kenaikan BBM tanpa di imbangi pendapatan yang seimbang, kemungkinan besar ekonomi masyarakat kecil akan semakin terpuruk. Ingatlah! kerusakan ekonomi masyarakat, berarti sama dengan kerusakan sebuah bangsa.

Melihat dari tulisan diatas, kalau Istana tidak mampu mengelola kenaikan BBM dengan baik, kemungkinan besar kekacauan ekonomi masyarakat semakin terpuruk. Bahkan istilah yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin semakin terasa dalam kehidupan. Inilah gambaran disaat bola liar BBM tidak mampu dikelola Istana dengan tepat. Sebab, apabila Istana tidak mampu mengelola bola liar dengan tepat, berarti kenaikan BBM sama dengan program bunuh diri pemerintah dengan "menampar wajah Istana" di karenakan kegagalan program tersebut. Dan Allah maha tahu segala.

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)................... ....

Astaghfirullah, Politik BBM Menuju PilPres 2014



BBM merupakan permainan tidak sekedar berbentuk ekonomi, tetapi BBM sangat berpengaruh dalam mendulang suara PilPres di tahun 2014 nanti, Sehingga bermain dalam pusaran politik BBM mengandung unsur antara jatuh atau malah tinggi dengan dukungan masyarakat luas dikarenakan politik BBM yang sangat manjur dalam menggunakan kepentingan sebuah politis. Nah! saat ini rezim SBY dihadapkan antara menaikkan BBM atau tetap dengan harga semula? Ingat kenaikan BBM tidak selamanya merugikan sebuah politis. Mengingat pada pemilu 2009 SBY kembali terpilih sebagai presiden dikarenakan mampu mengolah politik BBM dengan cerdas dan tepat.

Kecerdasan SBY dan Konco-konconya mampu memberikan permainan politis dengan mencitrakan diri sebagai pengawal masyarakat kecil dari ketertindasan, Bahkan SBY tak Tanggung-tanggung mencitrakan, bahwa subsidi BBM salah sasaran. Inilah kampanye indah yang dimainkan rezim SBY dalam mengelola sebuah politis BBM dengan cerdas. Nah! ternyata di tahun 2009 SBY tetap menang dalam pemilihan presiden hanya dalam satu putaran (sungguh luar biasa).

Kenaikan BBM sudah menjadi pembicaraan hangat bagi para pejabat negara. Bahkan kampanye salah subsidi sudah mulai di gerakkan dalam mengambil pencitraan pemerintah, untuk menekan para politisi yang melawan kebijakan kenaikan BBM. Sehingga genderang oposisi pro kenaikan BBM mulai di minimalisir dengan cara kampanye Besar-besaran, bahwa subsidi BBM hanya dinikmati para pemilik motor dan mobil, padahal BBM sudah menjadi bahan pokok dalam kehidupan masyarakat, tentu kalau BBM naik sudah dipastikan akan memicu kenaikan barang pokok lainnya.

Genderang politik BBM sangat menentukan langkah kemenangan PilPres 2014. Sehingga kalau rezim SBY tidak mampu mencitrakan diri dan membangun sebuah opini. Bahwa subsidi BBM salah sasaran, kemungkinan besar gelombang aksi menentang kenaikan BBM akan sangat besar dan berpengaruh kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah semakin berkurang. Inilah faktor yang menjadi bahasan ulasan tentang kenaikan BBM tidak sekedar masalah ekonomi masyarakat, tetapi lebih jauh lagi masalah politik yang sangat rawan konflik sosial.

Mengolah politik BBM kalau tidak cerdas dapat mengakibatkan sebuah tragedi berdarah, seperti era 65, 98 tak lepas dari kegagalan mengelola kenaikan BBM, sehingga memicu kenaikan Harga-harga lain. Nah! disaat ekonomi masyarakat lemah, maka sangat rentan konflik berdarah. Berangkat dari situlah rezim SBY harus pandai mengelola politik BBM, agar tidak menjadi bola liar politik yang sangat membahayakan sebuah bentuk konflik sosial.

Kalau melihat dari kesuksessan SBY dan JK saat menaikkan BBM pada waktu itu tak lepas dari pendekatan yang sangat cantik, bagaimana tidak? pada saat BBM naik melambung tinggi, pemerintah mencanangkan program BLT sebagai subsidi yang diberikan pemerintah kepada masyarakat miskin, agar mampu memenuhi kebutuhan pokok. Sehingga kesejahteraan masyarakat diharapkan meningkat dan mampu menyeimbangkan kebutuhan masyarakat miskin antara pemasukan dan pengeluaran.

Lalu ada pertanyaan sederhana, bahwa pemerintah merasa negara mensubsidi masyarakat, tetapi kalau melihat sebuah permasalahan sesungguhnya. Apakah benar negara mensubsidi masyarakat atau malah masyarakat mensubsidi negara? pemerintah mengklaim bahwa negara telah memberikan subsidi kepada masyarakat dengan memberikan harga BBM super murah di banding harga pasar dunia. Sehingga disaat negara mencabut subsidi BBM, maka pemerintah mempunyai alasan, bahwa mencabut subsidi BBM dikarenakan telah terjadi pembengkakan anggaran APBN. Nah! dari situ harga BBM dinaikkan sebagai salah satu menutup pembengkakan APBN.

Lepas dari masalah subsidi mensubsidi, bahwa masyarakat telah membayar pajak kepada pemerintah. Nah! kalau pajak dan alam nusantara Indonesia di kelola dengan tepat, kemungkinan besar kesejahteraan masyarakat akan tercapai tanpa menaikkan harga BBM. Inilah kewajiban pemerintah sebagai pengelola negara dalam memberikan yang terbaik buat masyarakat, bukan malah uang pajak dan alam nusantara Indonesia di korup para oknum secara berjama'ah. Sungguh tragis nasib bangsa kalau penyimpangan pajak diwariskan dari generasi kegenerasi..

Nah! uraian diatas dapat menjadi sebuah indikasi, bahwa kenaikan BBM sebagai salah satu proses menuju Pilpres 2014, apabila rezim SBY berhasil menaikkan taraf hidup masyarakat dengan menaikkan harga BBM dan mengalihkan subsidi BBM dengan program tepat sasaran, tentu keberhasilan rezim SBY akan berlangsung hingga 2014 mendatang, namun kalau mengelola kenaikan harga BBM mengalami kegagalan, karena di sebabkan malah masyarakat semakin menderita, berarti rezim SBY akan tumbang dalam PilPres 2014 nanti. Mari kita tunggu politik BBM menuju Pilpres 2014, siapa pemenang dan siapa yang tumbang? Dan Allah maha pemurah lagi maha penyayang.

Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com)................... ...