Friday, 19 February 2010

MALAM DI BAWAH BAMBU

   

Oleh: Khoirul Taqwim

 

Keringat bercucuran di badan

Dingin menggigil badan

Lelah sejenak hampiri rasa

Buat jiwa nampak beku kaku

Ingatkan hari pertama saat peluk kesah

 

Bintang langit

Menatap bambu sedu

Resah hati merasa kaku

Gerakan lambaian tangan sirna

Hilang……….

Hilang……….

Hilang……….

Sudahlah sudah

 

Malam sendu haru

Mendengar bisikan gemercih air di sudut rawa

Tak menyangka ada sekelompok ular meliuk di udara

Aku duduk dibawah bambu

Mataku memandang sejauh warna

Hingga lelap lupa malam semakin larut gelap

 

Malam di bawah bambu

Bayangan alam menjumpa dalam nyata

Indah hati bahagia

Sirna duka lara sesaat

Hilangkan beban pekat melekat dalam lara

 

 

DESAKU MULAI HILANG

Oleh: Khoirul Taqwim

 

Waktu mengarah maju

Saat desaku kala itu

Sungai mengalir jernih

Pohon bah hutan amazon

Desiran angin sejukkan warna

 

Waktu berganti berlalu

Pagi hilang nyanyian burung

Siang hilang kedai hangat di pojok kampung

Sore tak nampak lagi batang hidung bawa kayu bakar dari hutan

Sekarang tinggal sepucuk cerita

 

Jalan desaku yang dulu asri

Tertata rapi batu kali di jalan

Nampak hiburan hayalan malam

Hirup udara sepuas pulas

Hingga pulas dalam pelukan alam

 

Hari ini desaku lain bahasa

Polusi terserak di hamparan udara

Bisik deru mesin tak kenal waktu

Benar bencana desaku saat ini

 

Kemana hilang desaku yang nyaman?....

Kemana hilang desaku yang permai?.....

Sekarang berganti bising

Banjir sana-sini tak terelakkan

Saat musim hujan kan datang

Gara-gara hutan pohon gundul

Ditebang untuk penghuni cakar langit

Hingga hilang sudah desaku dulu kala

BATU NISAN MENGHADAP SI TUAN

Oleh: Khoirul Taqwim

 

Nyawa tak kemana

Saat malaikat pencabut datang

Pisahlah sudah nyawa raga

Tinggal puing-puing jasad tergeletak

 

Dua batu tertancap selatan utara

Terpampang di makam khatulistiwa

Saat manusia tutup mata

Kebumikan itu bahasa akhir cerita

Terseraklah bunga di atas kuburan

Menghias alam kramat

Di ujung batu nisan

 

Batu nisan di jemput menghadap

Si tuan yang lagi pisah raga

 

Batu nisan menghadap si tuan

Waktu habis nyawa di raga

SANG JUARA CATUR 2007

Oleh: Khoirul Taqwim

 

Tahun 2007

Ingatkan aku saat memegang piala

Hati bahagia tertoreh rasa

Terasa langit ada dalam genggaman jiwa

Udara segar jernihkan pikiran

Tropi kebesaran kugenggam erat di tangan

Ingin kutunjukkan pada alam raya

Bahwa hari kemenangan telah tiba

 

Sang juara catur 2007

Puluhan mata sambut kebahagiaan

Masa muda bangkit penuh gairah

Lambaian semangat juang tatap perkasa

Indah mewarna rasa ini

Membahana kepenjuru rahim kehidupan

 

Sang juara

Melangkah menuju pembebasan

 

Tahun 2007

Keberuntungan bagi sang prestasi

Tanda keberkahan nafas kehidupan